Nasdaq Kembali Capai Angka Rekor

Pasardana.id - Indeks komposit Nasdaq di Bursa Efek New York, Amerika Serikat, kembali mencapai angka rekor penutupan tertinggi baru pada Kamis (27/4/2017), melampaui angka rekor yang sebelumnya tercipta pada Selasa (25/4/2017).
Seperti diwartakan Xinhua, Nasdaq meningkat 23,71 poin, atau sekitar 0,39 persen, pada Kamis dari sesi sebelumnya hingga berakhir dengan angka penutupan 6.048,94. Dua indeks utama perdagangan saham di Wall Street, Dow Jones Industrial Average dan S&P 500, juga berakhir dengan penguatan pada Kamis, dengan Dow bergerak naik 6,24 poin, atau sekitar 0,03 persen, menjadi 20.981,33 dan S&P bergulir ke atas sebesar 1,32 poin, atau sekitar 0,06 persen, menjadi 2.388,77.
Penguatan angka-angka indeks dipengaruhi positifnya laporan keuangan kuartal pertama 2017 yang telah dirilis berbagai perusahaan. Ford mencatatkan pendapatan kuartalan mencapai US$39,1 mliar, meningkat 4 persen dari setahun lalu. Namun tingkat laba turun dari setahun lalu akibat peningkatan biaya, turunnya volume, dan rendahnya nilai tukar mata uang.
American Airlines mengumumkan pembagian laba kuartal pertama 2017 mencapai 46 sen per kemmbar saham, dengan terjadinya peningkatan pendapatan sebesar 2 persen menjadi US$9,6 miliar.
Sementara itu, Biro Sensus AS menyatakan bahwa pesanan baru barang tahan lama manufaktur untuk pengiriman Maret 2017 meningkat US$1,6 mliar, atau sekitar 0,7 persen, menjadi US$238,7 miliar.
Dalam laporan terpisah, biro tersebut menyebutkan defisit perdagangan internasional mencapai US$64,8 miliar pada Maret 2017. Defisit meningkat US$900 juta dari bulan sebelumnya.
Departemen Ketenagakerjaan AS menyebutkan bahwa klaim pengangguran meningkat 14.000 pada pekan yang berakhir pada 22 April mnjadi 257.000. Rataan bergerak empat pekan mencapai 242.250, turun 500 dari pekan sebelumnya. Rataan pekan lalu direvisi turun 250, dari 243.000 menjadi 242.750.
Kabar terbaru dari European Central Bank menyebut bank sentral Benua Biru tersebut telah memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga dan kebijakan moneter.