Gubernur BI : RDG Tambahan Untuk Jaga Stabilitas Nilai Tukar Rupiah

foto : istimewa

Pasardana.id – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo kembali menegaskan bahwa dalam jangka pendek, pihaknya (BI) memprioritaskan kebijakan moneter untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah. Oleh sebab itu, salah satu upaya yang akan ditempuh otoritas moneter ini adalah menggelar rapat dewan gubernur (RDG) bulanan tambahan.

“Hal ini dilakukan bank sentral untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, bukan karena perekonomian nasional sedang dalam kondisi darurat,” jelas Perry di Jakarta, Senin (28/5/2018).

"Kami sudah jadwalkan RDG bulanan tambahan pada hari Rabu (30/5) untuk merumuskan kebijakan ini. Ini bukan RDG emergency, ini RDG tambahan," tambah dia.

Bank Indonesia (BI) sendiri, bersama pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) semakin memperkuat koordinasi dan implementasi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kelanjutan pembangunan.

Dalam press conference yang dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution; Menteri Keuangan, Sri Mulyani; Gubernur BI, Perry Warjiyo; Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso dan Ketua Dewan Komisioner LPS, Halim Alamsyah di Jakarta, Senin (28/5/2018) disebutkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia secara umum cukup baik dan kuat. Tekanan pada stabilitas khususnya nilai tukar Rupiah lebih berasal dari meningkatnya keketatan likuiditas dan risiko global karena perubahan kebijakan di AS.

Adapun penguatan koordinasi kebijakan diarahkan untuk memprioritaskan stabilitas jangka pendek dengan tetap mendorong pada pertumbuhan jangka menengah.

Sementara itu, dalam jangka pendek, beberapa langkah yang dilakukan Bank Indonesia untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah, yaitu;

Pertama, respons kebijakan suku bunga secara pre-emptive, front-loading, dan ahead the curve akan ditempuh untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah, di samping tetap konsisten dengan upaya menjaga inflasi 2018-2019 agar tetap rendah dan terkendali sesuai sasaran 3,5+1%.

Kedua, intervensi ganda (dual intervention) di pasar valas dan di pasar SBN terus dioptimalkan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah, penyesuaian harga di pasar keuangan secara wajar, dan menjaga kecukupan likuiditas di pasar uang.

Ketiga, strategi operasi moneter diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas khususnya di pasar uang rupiah dan pasar swap antar bank.

Keempat, komunikasi yang intensif khususnya kepada pelaku pasar, perbankan, dunia usaha, dan para ekonom untuk membentuk ekspektasi yang rasional sehingga dapat memitigasi kecenderungan nilai tukar Rupiah yang terlalu melemah (overshooting) dibandingkan dengan fundamentalnya.

Sementara itu, untuk mendukung berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia tengah mempersiapkan langkah lanjutan untuk pelonggaran kebijakan makroprudensial, dan berkordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, dan OJK, mengakselerasi upaya pendalaman pasar keuangan khususnya untuk pembiayaan infrastruktur dari swasta.