Kuartal II 2017, GIAA Diperkirakan Masih Merugi
Pasardana.id - Direktrut Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), Pahala N Mansury mengaku, bahwa telah terjadi perbaikan kinerja keuangan pada kuartal II 2017 ini, meski belum mampu mencatatkan laba bersih. Dan kondisi ini diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun 2017.
Asal tahu saja, pada kuartal I 2017, perseroan pelat merah ini membukukan rugi bersih Rp1,3 triliun.
"Jika melihat operating result sudah ada perbaikan dan jauh lebih baik dibanding hasil kuartal I 2017," ujar Pahala di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (14/7/2017).
Dijelaskan, perbaikan tersebut lebih dipengaruhi oleh dampak program pengampunan pajak yang dibukukan pada kuartal II 2017.Â
"Belum positif memang (laba rugi), tapi operating indicator lainnya sudah membaik," lanjut dia.
Ia merinci, jumlah penumpang yang diangkut terdapat peningkatan dan penggunaan pesawat juga meningkat.
"Tingkat okupansi-nya sudah mencapai 71%-72%," ujar dia.
Sementara untuk kinerja tahun 2017, Pahala yakin pendapatan operasional akan berada pada zona positif. Menurutnya, untuk mencapai target tersebut, pihaknya akan mengajukan perubahan perjanjian dengan produsen kapal terbang dan peminjam.
"Renegosiasi sedang kami lakukan," jelas dia.
Pada kesempatan yang sama, Pahala juga menyampaikan bahwa anak usahanya, PT Garuda Maintanance Facility AeroAsian (GMF) akan segera mengajukan ijin efektif penerbitan saham baru melalui mekanisme initial Public offering (IPO) kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Harapan kami akhir September 2017 sudah menyelesaikan proses IPO," ujar dia.
Rencananya, GMF akan melepas saham baru sebesar 15% - 30% dari total saham ditempatkan dan disetor penuh. Dengan aksi korporasi itu, anak usaha GIAA yang bergerak di bidang perbaikan dan perawatan kapal terbang itu, akan meraup dana sebesar USD300 juta. Â
"Ya besarnya kira-kira sebesar itu (USD300 juta)," ujar dia.
Dana tersebut, jelas dia, akan digunakan untuk memperkuat modal GMF dan investasi proyek baru serta melakukan pembentukan perusahaan patungan dengan pihak lain, terutama terkait dengan pengembangan usaha yang memiiliki nilai tambah.
"Misalnya pengembangan engine workshop. Saat ini lebih banyak perawatan badan kapal terbang. Nah selanjutnya (perawatan) mesin kapal terbang," ujar dia.
Rencananya, dalam aksi korporasi itu, PT Mandiri Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT Bahana Sekuritas dan PT Dana Reksa sebagai penjamin pelaksana efek atau underwriter.
Â

