Penerimaan Pajak Mengkhawatirkan, Investor Terus Kabur Dari Saham-Saham Konstruksi

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Pemerintah dalam tiga tahun belakangan ini gencar dalam pengembangan infrastruktur. Hanya saja, kondisi tersebut belum banyak berdampak pada saham-saham emiten konstruksi.

Pasalnya, dalam tiga tahun belakangan ini saham-saham emiten konstruksi yang mengandalkan proyek pemerintah terus turun nilainya akibat aksi jual investor.

Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee mengatakan, investor mengkhawatirkan dana pembangunan infrastruktur yang digagas pemerintah tidak kuat.

Hal itu dikarenakan sumber penerimaan negara, dalam hal ini penerimaan pajak, masih jauh dari yang diharapkan, yaitu hanya 68% dari target tahun 2017.

“Pada akhirnya pemerintah akan melakukan pemotongan anggaran di akhir tahun," terang Hans di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (27/11/2017).

Ia menjelaskan, investor pada awal tahun cukup optimis dengan saham-saham pelat merah sektor konstruksi. Hanya saja, daya dorongnya tertahan oleh data arus kas emiten konstruksi yang mengalami tekanan.

“Saya pikir kuartal IV ini akan baik tapi pembayaran oleh pemerintah tidak terlalu baik, sehingga masih menganggu arus kas opersional emiten konstruksi," kata dia.

Lebih lanjut dia mengingatkan, pada tahun 2014 saham-saham sektor konstruksi sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa. Hal itu disebabkan adanya ekspektasi berlebihan dari pelaku pasar karena membandingkan PER (Price Earning Ratio) dengan emiten-emiten sejenis asal China yang dinilai murah.

“Sekarang juga masih murah tapi masih khawatir terhadap penerimaan Negara," kata dia.

Untuk diketahui, harga saham emiten konstruksi dibandingkan penutupan hari ini, antara lain; ADHI Rp3.480 - Rp1.985, WIKA Rp3.680-Rp1.880, WSKT Rp1.470 - Rp2,160, PTPP Rp3.575 - Rp2.660 dan JSMR Rp7.050-Rp6.475.

Â