Neraca Perdagangan November 2017 Surplus US$ 130 Juta

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia periode November 2017 mencatat surplus sebesar US$ 130 juta, setelah nilai ekspor November 2017 mencapai US$15,28 miliar sedangkan nilai impor November 2017 mencapai US$15,15 miliar.

Lebih rinci, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengungkapkan, ekspor nonmigas November 2017 mencapai US$14,01 miliar, naik 1,82 persen dibanding Oktober 2017, sementara dibanding ekspor nonmigas November 2016 naik 13,00 persen.

Peningkatan terbesar ekspor nonmigas November 2017 terhadap Oktober 2017 terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$152,3 juta (8,04 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$133,5 juta (28,55 persen).

"Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-November 2017 mencapai US$153,90 miliar atau meningkat 17,16 persen dibanding periode yang sama tahun 2016, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$139,68 miliar atau meningkat 16,89 persen," ungkap Suhariyanto, di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Jumat (15/12/2017).

Sementara itu, impor nonmigas November 2017 mencapai US$12,92 miliar atau naik 7,37 persen dibanding Oktober 2017, demikian pula jika dibanding November 2016 meningkat 18,05 persen. 

Impor migas November 2017 mencapaiUS$2,23 miliar atau naik 1,22 persen dibanding Oktober 2017 dan juga meningkat 29,56 persen dibanding November 2016.

Suhariyanto menjelaskan, peningkatan impor nonmigas terbesar November 2017 dibanding Oktober 2017 adalah golongan mesin dan pesawat mekanik US$378,5 juta (19,32 persen), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan serealia sebesar US$67,9 juta (20,95 persen).

Adapun negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-November 2017 ditempati oleh Tiongkok dengan nilai US$31,78 miliar (26,46 persen), Jepang US$13,89 miliar (11,56 persen), dan Thailand US$8,44 miliar (7,03 persen). Impor nonmigas dari ASEAN 20,37 persen, sementara dari Uni Eropa 9,32 persen.