Tahun Politik Berdampak Positif Pada Industri Properti, Khususnya Apartemen

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Sepanjang tahun 2017 industri properti di Indonesia mengalami dinamika yang begitu bewarna. Meski demikian, peluang pasar masih cukup terbuka lebar untuk industri properti ini.

Statistik Perbankan Indonesia mencatat, nilai kredit pembiayaan kembali mengalami kenaikan hingga mencapai 26.877 triliun rupiah.

Peningkatan ini lebih tinggi dari nilai kredit pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukan adanya optimisime di kalangan pelaku bisnis di industri properti, khususnya apartemen.

Data Bank Indonesia juga mencatat, indikasi peningkatan pertumbuhan kredit baru pada Q2 2017, diantaranya: Kredit Pemilikan Rumah (KPR)/Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) mencatatkan kenaikan tertinggi yakni sebesar 70,7% pada Q2 2017 dan untuk segmen apartemen, rasio NPL tertinggi berasal dari apartemen dengan luas kurang dari 21m2, yaitu 5,52%.

Sementara rasio NPL terendah apartemen berasal dari tipe besar (di atas 70 m2) yaitu sebesar 1,77%.

Jeffry Yamin selaku Marketing Direktur Green Pramuka City mengungkapkan, dengan angka pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% yang ditargetkan oleh pemerintah di tahun 2017, ia melihat kemampuan pemerintah cukup tinggi dalam mendorong laju ekonomi nasional ke arah yang lebih baik.

"Antara lain; dengan diterapkannya berbagai kebijakan yang bertujuan untuk memberikan stimulus pada sektor properti seperti BI 7-Day Repo Rate, Tax Amnesty, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) dan pembangunan infrastruktur, membuat saya optimis hal tersebut dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan industri properti, termasuk hunian vertikal seperti apartement," terang Jeffry, di acara media gathering “Kaleidoskop 2017 dan Overview 2018 di Galeri Kantor Marketing Green Pramuka City, Jumat (15/12/2017).

Sementara untuk tahun 2018, konsultan properti Colliers Internasional memproyeksikan pasar apartemen di Jabodetabek supplai-nya akan mencapai angka 34.000 di tahun mendatang. Hal ini mengindikasikan optimisme pengembang terhadap pasar properti tanah air yang masih terus bertumbuh.

Sikap optimis dalam melihat peluang pasar hunian vertikal tahun 2018 mendatang juga turut disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Bidang Pengelolaan Apartemen dan Rumah Susun Real Estat Indonesia (REI), Mualim Wijoyo.

"Dengan akan dilaksanakannya Pilkada 2017 disusul dengan pemilu legislatif dan pemilihan presiden 2019, dapat dikatakan bahwa dua tahun kedepan merupakan tahun politik di Indonesia, ini merupakan momentum terbaik bagi konsumen untuk membeli properti karena apabila kita menilik pada momentum serupa di tahun-tahun sebelumnya, nilai properti memiliki kecenderungan untuk naik secara signifikan setelah perhelatan politik selesai, sehingga hal ini akan sangat menguntungkan bagi konsumen," jelasnya.

"Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh para pengembang dalam hal ini hunian vertikal, dirasa perlu untuk memberikan pemahaman yang tepat kepada calon konsumen perihal isu-isu yang beredar tekait dengan hunian vertikal maupun kondisi umum yang terjadi di Indonesia, sehingga dengan pemahaman yang tepat akan memudahkan pengembang dalam memasarkan produknya," sambungnya.

Adapun Green Pramuka City sebagai salah satu pengembang yang turut meramaikan pasar hunian vertikal tahun mendatang, masih akan mengedepankan keunggulannya sebagai satu kawasan strategis ditengah kota Jakarta yang menawarkan konsep one stop living yang akan memberikan kemudahan hidup bagi konsumennya.

Tidak hanya itu, berbagai promo menarik seperti program cicilan 120 kali tanpa slip gaji dan dokumen yang rumit, biaya angsuran ringan, DP mulai 10%, gratis biaya pemeliharaan selama 1 tahun dan kemudahan proses administrasi pun turut menjadi strategi Green Pramuka City dalam meraih pangsa pasar hunian vertikal tahun depan.