Volume SBN Diperdagangan Kamis Kemarin Senilai Rp9,14 Triliun dari 42 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (27/12), tercatat senilai Rp9,14 triliun dari 42 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan mencapai Rp3,18 triliun.
Dalam riset yang dirilis Jumat (28/12/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,824 triliun dari 19 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0064 senilai Rp879,8 miliar dari 19 kali transaksi.
Adapun Surat Perbendaharaan Negara seri SPNS11042019 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp585,0 miliar dari 2 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS014 senilai Rp390,18 miliar juga dari 2 kali transaksi.
Sementara itu, dari 47 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp730,54 miliar.
Obligasi Berkelanjutan II Batavia Prosperindo Finance Tahap I Tahun 2018 (BPFI02CN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp80,00 miliar dari 2kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri E (ADMF04ECN3) senilai Rp64,0 miliar dari 2 kali transaski.
Sedangkan Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp36,0 miliar dari 2 kali transaksi.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditutup dengan mengalami penguatan terbatas sebesar 16,00 pts (0,11%) di level 14561,00 per Dollar Amerika.
Bergerak pada kisaran 14557,50 hingga 14590,00 per Dollar Amerika, arah perubahan nilai tukar Rupiah cukup berfluktuasi dimana dibuka dengan mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika namun pada pertengahan sesi perdagangan terlihat mengalami pelemahan dan akhirnya di
tutup dengan mengalami penguatan jelang berakhirnya sesi perdagangan. Penguatan nilai tukar Rupiah tersebut seiring dengan penguatan mata uang Regional terhadap Dollar Amerika. Mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,52% yang diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,46% dan Peso Philippina (PHP) sebesar 0,36%.
Adapun mata uang Rupee India (INR) terlihat mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika, sebesar 0,34% yang diikuti oleh pelemahan mata uang Dollar Singapura (SGD) sebesar 0,05%.
Disisi lain, Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah perubahan yang beragam dengan kecenderungan mengalami penurunan yang dipimpin oleh penurunan imbal hasil dari surat utang Jerman.
Imbal hasil surat utang Jerman ditutup dengan penurunan di level 0,22% atau turun sebesar 8,57% dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap aset yang lebih aman (safe haven asset) di tengah indeks pasar sahamnya mengalami penurunan hingga mencapai 2,37%.
Adapun imbal hasil surat utang Inggris terlihat mengalami kenaikan dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya di kisaran 1,311%.
Sementara itu, imbal hasil US Treasury ditutup dengan mengalami penurunan dimana untuk tenor 10 tahun ditutup di level 2,774% dan tenor 30 tahun di level 3,054% setelah pasar saham Amerika pada awal perdagangan sempat mengalami penurunan mendorong investor untuk menempatkan dananya pada aset yang lebih aman.

