Ini Dia 6 Strategi SCG Dorong Pertumbuhan Bisnis di Indonesia

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - SCG, konglomerat bisnis terkemuka di kawasan ASEAN, melaporkan hasil kinerja operasi bisnisnya di Indonesia pada kuartal II 2018, dengan mencatatkan peningkatan pada pendapatan.

Pertumbuhan yang dicatatkan SCG Indonesia dikarenakan adanya peningkatan permintaan impor dan peningkatan kondisi pasar domestik.

Roongrote Rangsiyopash, President and CEO of SCG, mengatakan, pendapatan perusahaan di Indonesia pada Q3/2018 berasal dari penjualan sebesar Rp 3.786 miliar (US$ 260 juta) atau meningkat sebesar 27% y-o-y terutama dari impor dari Thailand.

Selama 9 bulan pertama tahun 2018, SCG juga mencatat pendapatan dari penjualan di Indonesia sebesar Rp 10.033 miliar (US$ 719 juta). 

“Tumbuhnya pendapatan di Indonesia dikarenakan adanya peningkatan kondisi pasar secara keseluruhan, serta permintaan yang lebih tinggi dari semen dan bahan bangunan dari Thailand,” jelas Roongrote Rangsiyopash dalam siaran pers, Senin (05/11/2018). 

Sebagai perusahaan yang terus berkembang, SCG juga memperkenalkan 6 arahan dari strategi proaktif untuk menghadapi tantangan ekonomi global serta mempertahankan daya saing bisnis.

Adapun keenam arahan yang dirumuskan, yaitu; perluasan peluang ekspor, pengelolaan biaya energi, pemanfaatan teknologi digital, fokus pada pengembangan inovasi produk, meningkatkan efisiensi modal kerja, dan evaluasi portofolio investasi.

Berikut adalah penjelasannya:

1. Memperluas peluang ekspor sejalan dengan arus pasar global yang telah berubah seiring dengan adanya perang dagang. Misalnya, ekspor ke Cina dan AS sementara perang dagang sedang berlangsung.

2. Pengelolaan biaya energi, contohnya dengan memastikan pasokan batu bara yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih kompetitif, telah membantu SCG menghemat biaya energi sebesar Rp 174 miliar (US$12 juta) selama 9 bulan terakhir jika dibandingkan dengan rencana awal perusahaan. Selain itu, perusahaan juga mendorong pemanfaatan energi terbarukan di berbagai pabrik milik perusahaan untuk mengurangi penggunaan energi dengan memasang panel surya yang mampu menghasilkan listrik sebesar 38 megawatt atau mampu menghemat biaya listrik sebesar Rp 74 miliar setiap tahunnya (US$ 5 juta per tahun). Lebih dari 100 proyek energi direncanakan untuk peningkatan kemampuan peralatan, penerapan platform Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan efisiensi energi, serta beragam proyek energi terbarukan. Jika proyek-proyek energi terbarukan tersebut dilaksanakan, akan menghemat biaya energi dengan total lebih dari Rp 267 miliar setiap tahunnya (US$ 19 juta per tahun).

3. Pemanfaatan teknologi digital untuk mendorong efisiensi guna meningkatkan nilai kompetitif seraya memastikan pertumbuhan perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat beradaptasi dengan cepatnya arus perubahan di era masa kini. Kerja sama antara SCG dan Digital Ventures baru-baru ini untuk menerapkan blockchain di dalam sebuah platform procurement yang komprehensif dan berhubungan dengan mitra-mitra dagang perusahaan. Selain itu, AddVentures, Corporate Venture Capital (CVC) yang merupakan anak perusahaan SCG telah menginvestasikan lebih dari Rp 180 miliar (US$ 13 juta) ke berbagai perusahaan startup, diantaranya adalah startup asal Indonesia yaitu dekoruma.com dan Rarali.com.

4. Fokus pada pengembangan inovasi dan juga Produk & Layanan Bernilai Tambah Tinggi (HVA)guna meningkatkan kualitas hidup konsumen dan pelanggan, serta memastikan keberlanjutan pertumbuhan bisnis di masa mendatang. Hal ini dilakukan untuk mengakomodasi 6 tren di  masa depan seperti Smart Building, Energi Terbarukan, AI dan Big Data.

5. Meningkatkan efisiensi modal kerja dengan cara menjaga kesesuaian level dari modal kerja itu sendiri. Pada akhir Q3/2018, modal kerja SCG mencapai Rp 34.797 miliar (US$ 2.347 juta) dan cash & cash under management yang mencapai Rp 24.087 miliar (US$ 1.625 juta), yang masih terhitung relevan untuk rencana bisnis investasi dan penyesuaian terhadap berbagai ketidakpastian iklim bisnis saat ini dan di masa depan.

6. Mengevaluasi portofolio investasi serta biaya yang terkait agar lebih fokus pada proyek-proyek yang mendorong terciptanya penghematan energi.

“SCG yakin dapat memperkuat bisnis kami di Thailand dan regional, berkat strategi jangka pendek kami, 6 arahan dari strategi proaktif, dan strategi jangka panjang yang selama ini telah membantu mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan bagi perusahaan,” tandas Roongrote.