Saham Big Caps Dorong IHSG Tembus Level 6.012,350
Pasardana.id - Menutup perdagangan akhir pekan, Jumat (16/11/2018), indeks harga saham gabungan (IHSG) tercatat mengalami kenaikan 0,95% dengan menembus level psikologis 6.000, atau lebih tepatnya berakhir di level 6.012,350.
Aktivitas transaksi pada hari ini terpantau cukup ramai, di mana sebanyak 11,31 miliar saham ditransaksikan dengan nilai transaksi mencapai Rp9,01 triliun.
Sebanyak 233 saham menguat, 176 saham melemah, serta 117 saham tidak mengalami perubahan harga.
Di sisi lain, Investor asing membukukan pembelian bersih (net buy) yang signifikan pada perdagangan hari ini senilai Rp1,65 triliun.
Adapun secara intraday, IHSG sempat menyentuh kenaikan 1,73% di level 6.058,825 pada sesi pertama perdagangan, sebelum akhirnya secara perlahan turun di sesi kedua akibat adanya aksi ambil untung (profit taking).
Analis market Pasardana.id, Arief Budiman mengungkapkan, saham-saham big caps mayoritas mengalami kenaikan cukup signifikan pada hari ini.
“Dari lima saham dengan kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), hanya HMSP yang tercatat mengalami koreksi pada hari ini 1,72%,” jelas Arief di Jakarta, Jumat (16/11/2018) sore.
Sementara itu, kurs rupiah masih perkasa terhadap terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini. Tapi penguatannya agak menipis dibandingkan perdagangan siang tadi.
Pada Jumat (16/11/2018) pukul 16:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada level Rp14.608 di pasar spot. Rupiah menguat 0,46% dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin. Sebelumnya, rupiah sempat menguat hingga 0,85% ke Rp14.550/US$.
Menurut Arief, sentimen positif yang mewarnai jalannya perdagangan hari ini, antara lain upaya dari bank sentral maupun pemerintah dalam upaya menguatkan nilai rupiah.
Kemarin (15/11/2018), Bank Indonesia (BI) secara mengejutkan mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps (0,25 %) ke level 6%. Keputusan tersebut cukup mengejutkan lantaran konsensus Indonesia memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan di level 5,75%.
Dengan dinaikannya suku bunga acuan, maka imbal hasil investasi pendapatan tetap di Tanah Air akan menjadi semakin kompetitif sehingga diharapkan bisa menarik aliran dana investor asing.
Pada akhirnya, defisit di pos transaksi berjalan akan bisa diimbangi oleh surplus di pos transaksi modal dan finansial.
Selanjutnya, kini giliran pemerintah ikut ambil sikap. Pada pagi tadi di Istana Negara, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution bersama Gubernur BI Perry Warjiyo, Wakil Ketua OJK Nurhaida, dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meluncurkan paket kebijakan ekonomi jilid 16 yang diarahkan untuk mengatasi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang terus saja membengkak.
Ada tiga poin penting dari paket kebijakan ekonomi seri terbaru ini, yakni: Perluasan fasilitas pengurangan PPh Badan, relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI), dan pengaturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) melalui Special Deposit Account (SDA).

