Lelang SBN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp6,29 Triliun dari 32 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan Jumat (05/10) kemarin, tercatat senilai Rp6,29 triliun dari 32 seri yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp568,14 miliar.

Dalam laporan riset yang dirilis Senin (08/10/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra menyebutkan, Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp971,87 miliar dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 99,48% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0069 senilai Rp878,40 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,47%.

Adapun Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp524,06 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 99,54% dan diikuti oleh perdagangan PBS016 senilai Rp258,0 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 97.53%.

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,61 triliun dari 48 seri yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan II PTPP Tahap I Tahun 2018 Seri A (PTPP02ACN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp342,0 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,10% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap IV Tahun 2018 Seri A (FIFA03ACN4) senilai Rp220,0 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 100,02%.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin mengalami pelemahan terbatas sebesar 4,00 pts (0,03%) di level 15183,00 per Dollar Amerika.

Bergerak cukup berfluktuasi pada kisaran 15165,00 hingga 15193,50 per Dollar Amerika, pelemaham yang terjadi pada mata uang Rupiah seiring dengan pelemahan mata uang regional terhadap Dollar Amerika.

Mata uang Baht Thailand (THB) memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,74% yang diikuti oleh mata uang Rupee India (INR) sebesr 0,32% dan Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,16%.

Dalam sepekan mata uang regional bergerak dengan mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika yang dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) sebesar 1,88% dan Rupiah sebsar 1,84% di tengah kenaikan imbal hasil US Treasury dan penguatan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia seiring dengan masih akan berlanjutnya kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika. Bank Sentral Korea diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya seiring dengan meningkatnya laju inflasi di negara tersebut.

Adapun dari perdagangan surat utang global, imbal hasil dari US Treasury kembali mengalami kenaikan merespon data sektor tenaga kerja dimana angka pengangguran di Amerika pada periode September 2018 mengalami penurunan. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan di level 3,233% yang merupakan posisi tertingginya sejak tahun 2011 dan tenor 30 tahun naik ke level 3,405% setelah data pengangguran di Amerika Serikat pada bulan September tercatat mengalami penurunan di level 3,70% yang merupakan posisi terendahnya dalam 50 tahun terakhir dan juga didukung oleh adanya kenaikan tingkat upah dimana rata - rata upah per jam di bulan September naik sebesar 2,8% (YoY) di level US$27,24.

Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) juga terlihat mengalami kenaikan di level 0,576%  begitu pula imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) yang naik ke level 1,731%. Adapun imbal hasil surat utang regional yang mengalami penurunan diantaranya adalah surat utang Jepang yang turun ke level 0,147% dan juga surat utang India yang ditutup turun ke level 8,051%.