Volume SBN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp3,46 Triliun dari 33 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin (26/10), tercatat senilai Rp3,46 triliun dari 33 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp1,06 triliun.
Dalam laporan riset yang dirilis Senin (29/10/2018), analis fixed income MNC Securites, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0059 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp661,22 miliar dari 77 kali transaksi di harga rata - rata 89,94% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp624,70 miliar dari 26 kali transaksi di harga rata - rata 97,44%.
Dari perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS012 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terebsar, senilai Rp30,0 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 96,71% yang diikuti oleh perdagangan PBS006 senilai Rp20,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,42%.
Lebih lanjut diungkapkan, dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp981,85 miliar dari 40 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap VI Tahun 2018 Seri A (SMFP04ACN6) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp151,80 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 99,96% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap III Tahun 2018 Seri B (BNII02BCN3) senilai Rp116,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditutup dengan pelemahan, sebesar 29,00 pts (0,19%) di level 15216,50 per Dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 15193,50 hingga 15218,00 per Dollar Amerika, pelemahan yang terjadi pada mata uang Rupiah pada akhir pekan kemarin dipengaruhi oleh meningkatnya persepsi risiko akibat dari koreksi yang terjadi di pasar saham global.
Mata uang regional yang mengalami pelemahan pada kahir pekan kemarin diantaranya adalah Baht Thailand (THB) sebesar 0,63% yang diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,33%.
Sedangkan mata uang regional yang terlihat mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika adalah Yen Jepang (JPY) sebesar 0,38% dan diikuti oleh Peso Philippina (PHP) sebesar 0,30%. Adapun dalam sepekan, mata uang THB mengalami pelemahan sebesar 1,54% yang diikuti oleh pelemahan KRW sebesar 0,85% dan Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,46%.
Sedangkan mata uang Rupiah meskipun mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika, pelemahan yang terjadi relatif terbatas, sebesar 0,19%.
Sementara itu, imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah koreksi yang terjadi di pasar saham mendorong pelaku pasar untuk memburu instrumen investasi yang lebih aman (safe haven asset).
Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan penurunan masing - masing di level 3,079% dan 3,315% di tengah koreksi indeks saham Amerika Serikat dimana indeks DJIA mengalami penurunan sebesar 1,19% dan indeks NASDAQ yang mengalami penurunan sebesar 2,07%.
Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) juga terlihat mengalami penurunan, masing - masing di level 0,366% dan 1,388% yang juga didorong oleh koreksi yang terjadi di bursa saham masing - masing negara.
Dalam sepekan, imbal hasil dari surat utang negara - negara maju terlihat mengalami penurunan seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar sahamnya, dimana penurunan imbal hasil terbesar didapati pada surat utang Inggris (Gilt).

