Imbal Hasil SUN Diperdagangan Jumat Lalu Bervariasi Cenderung Naik dengan Perubahan Berkisar Antara 1 - 6 Bps
Pasardana.id - Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan hari Jum'at, 26 Oktober 2018 lalu, bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan, seiring dengan meningkatnya persepsi risiko dan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
Dalam laporan riset yang dirilis Senin (29/10/2018), analis fixed income MNC Securites, I Made Adi Saputra mengungkapkan, perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 6 bps dengan rata - rata mengalami 2 bps dimana imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek terlihat mengalami penurunan adapun untuk tenor menengah dan panjang mengalami kenaikan.
Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek terlihat mengalami penurunan berkisar antara 1 - 2 bps ditengah terbatasnya kenaikan harga yang terjadi di pasar sekunder yaitu kurang dari 10 bps.
Sementara itu, imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi berkisar antara 1 - 2 bps dengan adanya perubahan harga yang berkisar antara 3 bps hingga 10 bps.
Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor panjang, perubahan tingkat imbal hasil yang cenderung mengalami kenaikan, hingga mencapai 6 bps didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 55 bps.
Dari Surat Utang Negara seri acuan, perubahan tingkat imbal hasil terbesar didapati pada tenor 10 tahun, yang mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 5 bps di level 8,635%.
Adapun untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun terlihat mengalami kenaikan masing - masing sebesar 2 bps di level 8,822% dan 9,045%.
Untuk tenor 5 tahun, perubahan tingkat imbal hasil relatif terbatas, kurang dari 1 bps di level 8,385%.
Lebih lanjut I Made mengungkapkan, meskipun bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan imbal hasil pada perdagangan di akhir pekan, dalam sepekan terakhir imbal hasil Surat Utang Negara bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan, dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 2,5 bps, dimana penurunan imbal hasil tersebut didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor di bawah 10 tahun.
Adapun untuk tenor di atas 10 tahun, tingkat imbal hasilnya dalam sepekan terakhir masih bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan.
“Kenaikan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin dipengaruhi oleh meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan Credit Default Swap (CDS). Angka CDS 5 Tahun, dalam sepekan terakhir telah mengalami kenaikan sebesar 10,74 bps (7,24%) di tengah gejolak yang terjadi di pasar keuangan global terutama di pasar sahamnya. Hal tersebut mendorong investor global untuk mencari instrumen yang lebih aman (safe haven asset), sehingga mendorong penurunan imbal hasil dari surat utang negara - negara maju,” terang I Made.
Ditambahkan, selain faktor meningkatnya persepsi risiko, faktor pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika turut menjadi katalis negatif bagi perdagangan Surat Utang Negara pada akhir pekan kemarin.
“Hanya saja, koreksi harga yang terjadi pada akhir pekan kemarin tidak diikuti oleh volume perdagangan yang besar, mengindikasikan bahwa investor yang masih menahan diri untuk melakukan transaksi di pasar sekunder,” jelasnya.
Adapun pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami penurunan dalam sepakan terakhir didukung oleh stabilnya nilai tukar Rupiah serta akumulasi pembelian oleh investor asing.
Asal tahu saja, dalam sepekan terakhir, investor asing mencatatkan akumulasi pembelian Surat Berharga Negara senilai Rp9,09 triliun.
Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, arah perubahan tingkat imbal hasilcenderung mengalami penurunan, meskipun penurunan imbal hasil yang terjadi relatif terbatas. Penurunan imbal hasil tersebut seiring dengan penurunan imbal hasil surat utang global di tengah gejolak yang terjadi di pasar saham.
Imbal ahsil dari INDO23 dan INDO28 maisng - masing mengalami penurunan terbatas, sebesar 1,5 bps di level 4,346% dan 4,841% yang didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 10 bps.
Adapun untuk INDO43, pergerakan imbal hasilnya relatif terbatas, kurang dari 1 bps di level 5,428%.

