Imbal Hasil SUN Diperdagangan Senin Kemarin Masih Melanjutkan Tren Kenaikan
Pasardana.id - Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan di hari Senin, 15 Oktober 2018 kemarin, masih melanjutkan tren kenaikan, di tengah kembali melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
Dalam laporan riset yang dirilis Selasa (16/10/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin, bergerak pada kisaran 1 - 20 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 8 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara bertenor panjang.
Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan berkisar antara 1 hingga 10 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga 30 bps.
Sementara itu, kenaikan imbal hasil hingga sebesar 6 bps didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah yang didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 35 bps.
Sedangkan pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang, kenaikan imbal hasil yang didapati berkisar antara 3 hingga 20 bps yang didorong oleh adanya penurunan harga hingga sebesar 110 bps.
Menurut I Made, kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh faktor kembali melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika jelang disampaikannya data neraca perdagangan bulan September 2018 oleh Badan Pusat Statistik, serta pergerakan imbal hasil US Treasury yang juga kembali menunjukkan kenaikan pada perdagangan di akhir pekan.
“Analis memperkirakan neraca perdagangan di bulan September 2018 kembali mengalami defisit sebesar US$500 juta setelah pada bulan Agustus 2018 mengalami defisit hingga sebesar US$1,02 miliar. Hal tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika,” jelas I Made.
“Meskipun pada akhirnya nilai tukar Rupiah sempat mengalami penguatan dari posisi terendahnya pada perdagangan kemarin yang didorong oleh adanya surplus neraca perdagangan di bulan September, penguatan tersebut tidak mampu menahan terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder,” sambungnya.
Asal tahu saja, Badan Pusat Statistik menyampaikan bahwa pada bulan September 2018 terjadi surplus neraca perdagangan sebesar US$227 juta dimana nilai ekspor yang sebesar US$14,28 miliar lebih tinggi daripada nilai impor yang mencapai US$14,60 miliar.
Adapun kenaikan imbal hasil US Treasury pada perdagangan di akhir pekan (12/10), dipengaruhi oleh faktor perbaikan kinerja di pasar saham Amerika Serikat mendorong investor untuk melakukan penjualan terhadap aset yang lebih aman dan masuk pada aset yang lebih berisiko.
Secara keseluruhan, jelas I Made, imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin terlihat mengalami kenaikan yang cukup besar dibandingkan dengan seri - seri lainnya, dimana untuk tenor 5 tahun dan 20 tahun masing - masing mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 6 bps dan 8 bps di level 8,483% dan 9,182%.
Adapun untuk tenor 10 tahun dan 15 tahun mengalami kenaikan imbal hasil masing - masing sebesar 10 bps dan 11 bps di level 8,813% dan 8,986%.
Kenaikan imbal hasil juga didapati pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika di tengah kembali meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan Credit Default Swap (CDS).
Pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, kenaikan imbal hasil dari tenor pendek lebih besar dibandingkan dengan yang didapati pada tenor yang lebih panjang. Imbal hasil dari INDO21 mengalami kenaikan sebesar 6 bps di level 3,825% setelah mengalami penurunan harga hingga sebesar 15 bps.
Adapun imbal hasil dari INDO28 mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 4,668% setelah mengalami koreksi harga sebesar 10 bps dan untuk INDO43 mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 2 bps di level 5,295% setelah mengalami penurunan harga yang sebesar 25 bps.

