Voting RUU Kesehatan Tertunda, Wall Street Melemah

foto: istimewa

Pasardana.id - Wall Street melemah pada Kamis (23/3/2017) setelah dilaksanakannya voting terkait RUU Kesehatan harus tertunda.

Seperti diwartakan Xinhua, indeks Dow Jones Industrial Average di Bursa Efek New York, Amerika Serikat, turun 4,72 poin, atau sekitar 0,02 persen, menjadi 20.656,58. Indeks S&P 500 melemah 2,49 poin, atau sekitar 0,11 persen, menjadi 2.345,96. Indeks komposit Nasdaq melorot 3,95 poin, atau sekitar 0,07 persen, menjadi 5.817,69.

House of Representatives atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS menunda voting yang bertujuan untuk mengganti Affordable Care Act (ACA) yang sedianya berlangsung Kamis, setelah para pemimpin perwakilan Partai Republik gagal mengumpulkan cukup dukungan untuk membuat RUU Kesehatan bisa diloloskan ke tahap pengesahan.  

Berlangsungnya voting di DPR AS sangat penting bagi agenda Presiden AS Donald Trump. Trump telah menyebutkan bahwa penggantian ACA atau Obamacare harus terjadi sebelum kebijakan baru lainnya bisa ditetapkan, termasuk pengurangan pajak bagi rakyat AS.

Para investor sebetulnya juga menantikan pidato pimpinan Federal Reserve Janet Yellen pada Kamis untuk mendapat petunjuk peningkatan suku bunga The Fed selanjutnya. Namun Yellen tak menyebut sedikit pun hal terkait suku bunga dalam pidatonya.

Sementara itu, Departemen Ketenagakerjaan AS merilis laporan yang menyebutkan klaim pengangguran awal disesuaikan untuk pekan yang berakhir 18 Maret mencapai 258.000. Angka tersebut berarti terjadi peningkatan 15.000 dari pekan sebelumnya.

Sedangkan Departemen Perdagangan AS menerbitkan laporan yang menyebutkan penjualan rumah baru pada Februari 2017 mencapai tingkat musiman disesuaikan tahunan 592.000, lebih tinggi dari konsensus pasar.

“Meski suplai rumah baru tetap tinggi, namun terbatasnya persediaan rumah tersedia yang merupakan jumlah terbesar dalam pasar perumahan akan membuat penjualan rumah baru tetap berada di rentang 500 sampai 600 ribu seperti yang telah berlangsung sejak pertengahan 2015 lalu,†kata Sophia Kearney-Lederman, ekonom FTN Financial.