Jika Yield Obligasi AS Naik Diluar Perkiraan, IHSG Bakal Ditutup 4.925 Pada Akhir 2017

foto : istimewa
foto : istimewa

Pasardana.id - Pasar Modal akan sangat bergantung pada realisasi belanja fiskal pemerintah dan yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS). Pasalnya jika realisasi fiskal pemerintah tak mencapai target dan yield obligasi AS naik lebih tinggi, maka IHSG diperkirakan akan ditutup pada level 4.925 pada akhir tahun 2017.

Perkiraan itu disampaikan oleh analis Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer dalam paparan risetnya, di Jakarta, Senin (16/1/2017).

"Tetapi dapat turun menjadi 4.925 jika belanja fiskal mengecewakan dan yield obligasi pemerintah AS naik lebih tinggi daripada prediksi," ujar dia.

Ia menjelaskan, Stimulus fiskal, nilai tukar mata uang yang stabil, dan inflasi yang terkendali merupakan hal penting yang dapat mendukung kondisi pasar saham Indonesia ketika pelonggaran moneter tidak terjadi.

Namun, jika percepatan pertumbuhan dapat mendukung indeks, tapi bukan tanpa adanya angin haluan (angin muka/headwinds).

"Kami lebih memilih saham defensif dan beberapa saham seleksi siklus/konstruksi untuk berkinerja lebih tinggi (outperform) dari pasar," jelas dia.

Ia memprediksi, IHSG akan berada pada kisaran level 5.800 pada akhir 2017, dengan kenaikan yang sepenuhnya didukung oleh pertumbuhan laba per saham (EPS).

"Skenario dasar, kami memprediksi ada penurunan tipis pada rasio harga saham per laba prediksian (forward PE ratio) menjadi 14,8x. Skenario optimistis, kami memprediksi IHSG dapat menutup tahun ini pada 6.100," jelas dia.

Lebih jauh dia mengatakan, 2017 dapat menjadi kisah dua babak, dengan angin-angin buritan (angin turutan/tailwinds) dari harga komoditas dan kondisi amnesti pajak yang akan menguntungkan pada semester I/2017 (1H), sedangkan risiko fiskal dan eksternal akan membebani semester II/2017 (2H).

Untuk itu, tutur dia, investor disarankan untuk lebih memilih saham berkapitalisasi pasar besar, yaitu merekomendasi saham defensif (GGRM, INDF, TLKM) yang menunjukkan volatilitas laba yang terbatas, dan beberapa saham pilihan di sektor konstruksi, siklusan, dan perbankan (PTPP, WIKA, MAPI, SCMA, BBTN) untuk mendapatkan eksposur pertumbuhan.