ANALIS : Pemerintah Terlihat Realistis Dengan Target Penerimaan Negara
Pasardana.id - Dalam laporan riset hariannya yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Rabu (31/8/2016), Research & Analyst PT Corfina Capital, Putu Wahyu Suryawan mengungkapkan bahwa, Pemerintah menargetkan RAPBN 2017 akan sebesar Rp 1.737,6 triliun, lebih rendah dari tahun 2016.
"Meski total lebih rendah dari APBN-P 2016, anggaran Kementerian dan Lembaga (K/L) masih positif, untuk belanja K/L dialokasikan Rp 1.310 triliun dan untuk transfer daerah Rp 760 triliun," jelas Putu.
Lebih lanjut diungkapkan, defisit RAPBN 2017 diperkirakan Rp 332,8 triliun, meskipun demikian, Kementrian PU masih tertinggi anggaran belanjanya dengan anggaran 105 triliun.
Adapun pertumbuhan ekonomi masih ditargetkan 5,3%, lebih optimis ketimbang target 2016 yang sebesar 5,2%, konsumsi rumah tangga ditargetkan tumbuh 5,2% dan konsumsi pemerintah naik 5,4%.
Sedangkan investasi ditargetkan naik 6,4%, untuk ekspor dan impor ada dikisaran positif diperkirakan 1,1% dan 2,2%, itu juga dengan catatan kondisi perdagangan dunia masih lemah.
Inflasi diperkirakan 4% dalam kisaran 3% sampai 5%, kemudian nilai tukar rupiah masih pada kisaran Rp 13.000 per dollar AS.
Harga minyak diperkirakan US$ 45 per barel dalam kisaran US$ 40 - US$ 55. Asumsi lifting minyak sekitar 780.000 barel per hari. Sedangkan lifting produksi gas 1.100 - 1.200 barrels of oil equivalen per day (BOEPD).
"Dari data ekonomi diatas, sepertinya pemerintah mulai terlihat realistis dengan target penerimaan negara," jelas Putu.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menilai, untuk mengejar pertumbuhan ekonomi di sisa tahun 2016 berada di level 5,3-5,4 persen cukup berat, karena pertumbuhan ekonomi global juga sedang lesu.
Namun, menurut dia, pemerintah berupaya untuk terus menjaga pertumbuhan dengan berbagai langkah seperti menjaga investasi dan konsumsi.
"Konsumsi akan muncul apabila inflasi sangat rendah. Investasi akan muncul apabila kita melihat adanya confidence terhadap proyeksi ekonomi kita. Ini yang dilakukan pemerintah dengan berbagai cara," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (30/8/2016) kemarin.
Sri bahkan menegaskan, ekonomi Indonesia saat ini tidak dalam keadaan gawat, namun dalam kondisi yang positif.
"Ekonomi kita ada di posisi yang cukup positif, tapi kita harus tetap menjaga kehati-hatian," tandas dia.

