Pertamina 'Kambinghitamkan' Penurunan Harga Minyak

Pasardana.id - Pertamina hanya memperoleh laba bersih sebesar US$1,42 miliar pada 2015. Jika dibandingkan 2014 terjadi penurunan 1,82% dari US$1,45 miliar.
"Harga minyak mentah turun dari US$106 per barel menjadi US$42 barel mempengaruhi kinerja perusahaan," kata Dwi Soejipto, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Begitupula laba operasi, juga turun sebesar 11,65% menjadi US$3,92 miliar pada tahun lalu, dari US$4,44 miliar. Hal serupa dialami pendapatan turun sebesar 40,34% menjadi US$41,76 miliar pada 2015 ketimbang 2014 dari US$70 miliar.
Sejumlah langkah dilakukan Pertamina untuk peningkatan kinerja unit-unit bisnis dan anak perusahaan. Selain itu, juga dilakukan efisiensi di berbagai lini perusahaan.
"Pertamina didera pelambatan usaha hingga double digit," jelasnya.
Ahmad Bambang, Direktur Niaga PT Pertamina (Persero) mengemukakan, efisiensi dilakukan dengan penjualan harga Pertamax (RON 92) Rp7.320 per liter atau lebih rendah Rp450 per liter dibandingkan Shell menjual Super Rp7.850 per liter.
"Pangsa pasar kita naik terus," ujarnya.
Sebanyak 85,5% pangsa pasar BBM non subsidi dikuasai Pertamina pada 2015. Jika dibandingkan pada 2014 baru sebesar 74%.
Pertamina tidak akan menaikkan harga BBM non PSO, yaitu Pertamax, Pertamax Plus, dan Pertalite sampai Lebaran. Kebijakan ini diharapkan menjaga daya beli masyarakat.
Penjualan bensin Pertamax Series juga naik menjadi 16% dari total penjualan BBM pada 2015. Angka ini meningkat dibandingkan 2014 hanya 6%.
"Konsumsi ini diperkirakan naik menjadi 27% pada 2017, karena pengguna Premium yang beralih ke Pertalite dan Pertamax dari 84% pada 2015 menjadi 73%," ujarnya.