Aksi Beli Asuransi dan Dana Pensiun Perketat Likuiditas Perbankan
Pasardana.id - Likuiditas Perbankan belakangan ini akan terus tergerus, karena penempatan dana investasi dari perusahaan-perusahaan asuransi dan dana pensiun di deposito perbankan terus berpindah ke instrumen lain yakni ekuitas saham.
Fenomena itu disampaikan Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio di Jakarta, Selasa (6/12/2016).
"Tadinya mereka (perusahaan asuransi dan dana pensiun) naruh investasinya di Deposito tapi sekarang banyak beli saham makanya dicairkan sehingga perbankan agak nangis juga," ujar dia.
Ia menjelaskan, jika hal itu terus dilakukan maka likuiditas perbankan dikhawatirkan terjadi pengetatan sebab dari hitungan dia, perhari dana yang cairkan dari perbankan dan masuk ke pasar modal mencapai Rp 1 triliun.
"Bisa short juga perbankan sebab seharinya bisa Rp1 triliun, tapi kemarin hanya Rp 200-an miliar," terang dia
Pengalihan dana investasi oleh kedua institusi itu sebagai langkah menangkap peluang setelah investor asing melakukan aksi jual sejak satu bulan belakangan ini.
"Dahsyatnya sejak investor asing menjual sahamnya dari tanggal 8 November 2016, maka dibeli oleh investor lokal yang didominasi oleh perusahaan asuransi dan dana pensiun," terang dia.
Masih menurut Tito, aksi jual asing lebih dikarenakan aksi mitigasi oleh investor asing akibat penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Dari investor asing yang ditemuinya menyatakan secara fundamental kinerja emiten-emiten lokal tergolong baik.
"Tapi kalau currency LU (rupiah) melemah lebih baik dijual dulu," ungkap dia.
Dari catatan Tito, investor asing mulai melakukan aksi jual setelah Donald Trump menang pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tanggal 8 November 2016.
"Hingga tanggal 8 November 2016 asing mencatat pembelian hingga Rp 31 triliun, namun sejak tanggal hingga 5 Desember 2016 aksi jual asing mencapai Rp 12,5 triliun," terang dia.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nelson Tampubolon menyatakan, likuiditas perbankan hingga akhir tahun tergolong aman. Ia beralasan dengan masuknya dana repatriasi ke sistem perbankan turut membantu likuiditas.
"Dari catatan Ditjen Pajak, dana repatriasi yang telah masuk ke perbankan mencapai Rp 100 triliun," terang dia.

