DJIA Catatkan Level Rekor Empat Sesi Beruntun

foto: istimewa

Pasardana.id - Indeks Dow Jones Industrial Average di Bursa Efek New York kembali mencatatkan level penutupan yang mencapai rekor baru tertinggi pada Selasa (15/11/2016). Telah empat sesi beruntun angka indeks ditutup pada angka rekor.

Saat transaksi saham di Wall Street usai pada Selasa, DJIA berakhir dengan peningkatan 54,37 poin, atau sekitar 0,29 persen, menjadi 18.923,06. Indeks S&P 500 naik 16,19 poin, atau sekitar 0,75 persen, menjadi 2.180,39. Indeks komposit Nasdaq melonjak 57,23 poin, atau sekitar 1,10 persen, menjadi 5.275,62.

Rebound yang kuat dalam harga minyak dunia telah mendongkrak sentimen pasar. Harga minyak West Texas Intermediate di Amerika Serikat dan harga minyak mentah Brent di Inggris melejit nyaris 6 persen, setelah OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries) makin dekat dalam finalisasi upaya pengurangan produksi.

Melejitnya harga minyak mentah membuat sektor energi meningkat 2,68 persen pada Selasa, sektor dengan peningkatan tertinggi dari 10 sektor di S&P 500.

Pasar saham di Negeri Paman Sam telah mengalami pergerakan yang drastis terkait pemilihan Presiden AS. Setelah sempat mengalami pelemahan tujuh sesi beruntun, indeks Dow Jones lalu menguat tujuh sesi beruntun, termasuk empat sesi beruntun mencapai level penutupan tertinggi yang baru. 

Para analis menilai terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS ke-45 akan memiliki implikasi yang luas, terhadap perdagangan, pajak, dan kebijakan luar negeri. Wall Street saat ini diuntungkan dengan kenyataan bahwa Trump banyak mendengungkan kebijakan yang pro pertumbuhan dalam masa kampanye pemilihan. 

"Dalam beberapa pekan ke depan, pasar saham akan memperhatikan dengan seksama kebijakan Presiden Trump dan perbedaannya dari yang ia janjikan saat masih menjadi kandidkan. Tak tertutup kemungkinan akan terjadi disparitas antara keduanya," kata Brendan Ahern, Chief Investment Officer Kraneshares, kepada Xinhua

Trader legendaris di lantai bursa New York, Arthur Cashin, menyebut lonjakan pasar saham seperti saat ini sempat terjadi saat Ronald Reagan terpilih sebagai Presiden AS. Saat itu pasar saham terus positif selama sebulan, namun kemudian mengalami kemerosotan dalam delapan bulan selanjutnya.

Sementara itu terkait data ekonomi terbaru, Departemen Perdagangan AS pada Selasa menyatakan bahwa perkiraan awal penjualan jasa ritel dan makanan di AS untuk bulan Oktober meningkat 0,8 persen dari bulan sebelumnya, menjadi US$465,9 miliar, lebih tinggi dari estimasi 0,6 persen.

ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Penjualan ritel hanya meningkat tipis pada Juli dan Agustus, September kembali solid, dan pada Oktober mengalami lonjakan. Akibatnya estimasi GDP AS direvisi dari 0,5 persen menjadi 1,2 persen,ââÅ¡¬ ungkap Chris Low, kepala ekonom FTN Financial.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa harga-harga barang impor meningkat 0,5 persen pada Oktober, lebih tinggi dari konsensus pasar. Pada bulan sebelumnya, peningkatan mencapai 0,2 persen.