Bagaimana mengajarkan anak berinvestasi sejak dini

foto : istimewa

By Ryan Filbert
@RyanFilbert

Semenjak Sekolah Dasar, menabung, bank dan berhemat adalah kata-kata yang sering muncul di buku-buku pelajaran anak Sekolah Dasar, sehingga hari ini kita umum dalam mendengar beberapa istilah tersebut.

Dengan merasa akrab dengan kata-katanya tentu membuat anak-anak semenjak disini mulai menabung dan bila ingin menabung akan pergi ke bank. Agar uangnya terkumpul untuk ditabung maka anak-anak juga akan melakukan penghematan dalam menggunakan uang sakunya. Apakah hal ini adalah sebuah hal yang salah? Nampaknya sangat baik bukan dengan mengajarkan anak-anak menabung ?

Nyatanya, budaya menabung tidak lagi relefan dalam membuat hidup menjadi lebih baik dan mempersiapkan masa depan yang terencana, hal itu akibat sebuah faktor yaitu kenaikan harga barang dan jasa tidak dapat diimbangi dengan besarnya bunga ataupun imbal dari menabung.

Mengajarkan anak-anak semenjak awal mengenai kesadaran akan budaya menabung saja membuat terjadinya sebuah pandangan bahwa kaya adalah dengan menabung menjadi keyakinan hingga seseorang menjadi dewasa.

Mari kita berhitung secara sederhana, bila menabung di Bank setiap tahun memberikan imbal 7% maka ketika kita menabungkan uang kita sebanyak Rp 10.000.000 maka kita akan mendapatkan kita bertambah sebanyak Rp 700.000 ditahun mendatang. Apakah benar demikian?

Seolah memang penambahan uang adalah suatu hal yang menggembirkan, namun kita melupakan bahwa jumlah uang dan nilai uang adalah hal yang berbeda. Dengan uang yang sama misalnya Rp 1000 akan mampu membeli barang yang berbeda di 10 tahun lalu dan hari ini, bagaimana dengan disekitar Anda? Apakah 10 tahun yang lalu uang bernilai seribu memiliki “kekuatan lebih dibandingkan hari ini?

Itulah yang dikenal dengan kenaikan harga barang akibat inflasi. Artinya perhitungan kita perlu lebih detail mengenai seberapa tinggi kenaikan harga barang-barang dikala kita sedang menabungkan uang kita, nyatanya kenaikan harga barang-barang di Indonesia setiap tahunnya berkisar 5%, artinya uang kita senilai Rp 10.000.000 sebenarnya menjadi lebih lemah 5% daya belinya yaitu sebesar Rp 500.000 dalam setahun pelemahannya.

Sehingga kita baru mengurangi imbal hasil 7% dari tabungan kita hanya tersisa Rp 200.000 akibat inflasi sebesar 5%. Memang sesaat terasa lumayan karena rupanya masih terdapat pertumbuhan, namun dengan menabung senilai Rp 10.000.000 namun kita merasa bunga sebesar Rp 200.000 terasa amat kecil, dan akan menjadi jauh lebih kecil akibat terdapat pajak penghjasilan atas bunga yang dikenakan negara terhadap uang kita yaitu sebesar 20% dari bunga yang kita terima atau sebesar Rp 140.000 dari Rp 700.000. Artinya uang kita saat ini hanya tersisa secara pertumbuhan uang Rp 60.000 (Rp 200.000 - Rp 140.000).

Bila 200 ribu saja sudah terasa amat kecil bunganya, maka apa rasanya bila hanya enam puluh ribu?

Mengenalkan instrument investasi atau berinvestasi adalah sebuah solusi untuk tidak lebih merusak pemahaman masa depan anak mengenai uang, dimana jelas menabung bila hari ini sudah tidak relefan maka 10 atau 20 tahun mendatang akan menjadi lebih tidak relefan lagi.

Banyak orang tua kesulitan dalam memperkenalkan anak akan investasi, namun nyatanya tidak perlu seorang anak diperkenalkan secara langsung mengenai instrument keuangan bernama investasi, orang tua dapat dengan mudah memperkenalkan investasi melalui sebuah “penanaman modal" sederhana.

Ajarkanlah anak dengan mengenal tumbuhan, dimana dengan menanam buah misalnya strawberry maka bila dirawat dengan baik akan berbuah dan bisa menambah jumlah pohon strawberry nya dengan mengambil tunasnya dan menanamnya kembali.

Ketika strawberry tersebut berbuah ataupun tunas berhasil menjadi pohon strawberry maka ajaklah anak untuk menjual hasil panen dan pohonnya kepada orang sekitar maupun kepada teman-temannya.

Dengan mengajarkan bahwa dengan menanam hingga menuai sesuatu ternyata memiliki sebuah konsep dasar investasi itu sendiri.

Ryan Filbert merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Ryan memulai petualangan dalam investasi dan keuangan semenjak usia 18 tahun. Aneka instrumen dan produk investasi dijalani dan dipraktikkan, mulai dari deposito, obligasi, reksa dana, saham, options, ETF, CFD, forex, bisnis, hingga properti. Semenjak 2012, Ryan mulai menuliskan perjalanan dan pengetahuan praktisnya. Buku-buku yang telah ditulis antara lain:Investasi Saham ala Swing Trader Dunia, Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana, Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi, dan Hidden Profit from The Stock Market, Bandarmology , dan Rich Investor from Growing Investment.
Di tahun 2015 Ryan Filbert menerbitkan 2 judul buku terbarunya berjudul Passive Income Strategy dan Gold Trading Revolution. Ryan Filbert juga sering memberikan edukasi dan seminar baik secara independen maupun bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK).