Meski Dibayangi Situasi Ketidakpastian, Penerbitan Surat Utang Korporasi Diperkirakan Masih Akan Tinggi

foto: ilustrasi (ist)

Pasardana.id - PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) menyebut penerbitan Surat Utang Korporasi di Semester II-2025 diperkirakan masih akan tinggi seiring dengan banyaknya Surat Utang yang akan Jatuh Tempo di 6 bulan kedepan.  

Namun, penerbitan Surat Utang Korporasi lebih banyak didorong untuk tujuan Refinancing. 

“Sektor keuangan seperti Perbankan dan Multifinance akan lebih banyak menerbitkan surat utang di semester kedua tahun ini,” terang Irmawati Amran selaku Direktur Utama PEFINDO di acara Media Forum, Selasa (06/7). 

Selanjutnya diungkapkan, penerbitan Surat Utang Korporasi Nasional pada Semester 1-2025 meningkat 48,31% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/YoY). 

Data PEFINDO mencatat, Penerbitan 1H2025 tercatat sebesar Rp90,90 Triliun dibandingkan Penerbitan 1H2024 yang sebesar Rp61,29 Triliun. 

Rincinya, BUMN menyumbang sebesar Rp29.98 Miliar sedangkan non BUMN (Swasta) tercatat sebesar Rp 60.91 miliar. 

Dalam hal persentase sebaran Outstanding berdasarkan Sektor Industri didominasi Lembaga Pembiayaan yaitu sebesar 26,8%, Pulp dan Kertas 14,3%, Perbankan 13,9%, Pertambangan 7,5%, Konstruksi 6,4%, Perusahaan Induk 6,0%, Listrik dan Energi 5,0% serta sektor industri Lainnya sebesar 20,1%. 

Sementara itu, persentase sebaran penerbitan berdasarkan Sektor Industri didominasi; sektor industri Pulp dan Kertas yaitu sebesar 22,0%, Multifinance 19,6%, Perbankan 17,1%, Pertambangan 13,0%, Pembiayaan NonMultifinance 9,2%, Telekomunikasi 6,0%, dan sektor industri Lainnya sebesar 13,1%. 

Secara umum, tujuan penggunaan dana hasil penerbitan Surat Utang Korporasi selama periode Januari - Juni 2025 adalah; untuk Modal Kerja yakni sebesar total Rp 56,26 triliun dan untuk Refinancing sebesar total Rp 31,49 triliun. 

Adapun pada periode sama tahun sebelumnya, untuk tujuan Modal Kerja sebesar Rp 38,61 triliun dan untuk tujuan Refinancing sebesar Rp 15,21 triliun. 

Dibanding periode sama tahun sebelumnya, penerbitan Surat Utang Korporasi naik hampir dua kali lipat. Kami melihat bahwa potensi pertumbuhan masih ada,ujar Irmawati. 

Adapun PEFINDO sendiri masih menjadi Lembaga Pemeringkat Surat Utang paling dominan di Indonesia, dimana PEFINDO Menguasai 83,8% pangsa pasar pemeringkatan dari Total Nilai Surat Utang yang Diterbitkan Selama Januari-Juni 2025 (termasuk Dual Rating). 

Sementara itu, di kesempatan yang sama, Suhindarto selaku Kepala Divisi Riset Ekonomi/Ekonom, PEFINDO menyebutkan, pasar Surat Utang Pemerintah masih relatif Stabil meskipun menghadapi tekanan. 

Beberapa faktor yang menjadi penyebab adalah; APBN diproyeksikan mengalami pelebaran defisit, memicu kebutuhan pembiayaan yang lebih besar dari perkiraan; Nilai Surat Utang Pemerintah yang jatuh tempo masih tinggi dalam beberapa waktu mendatang; serta asumsi makro pada KEM-PPKF RAPBN 2026 Masih menargetkan imbal hasil tinggi, yang mengindikasikan pasokan Surat Utang masih akan tinggi. 

Selanjutnya, Suhindarto menyebut 5 Risiko Teratas yang perlu dipantau dan diantisipasi berbagai pihak pada Semester Kedua 2025 seiring masih kuatnya ketidakpastian ekonomi dunia, yang didorong risiko Geopolitik dan Perang Dagang, yaitu; 

-Eskalasi Tarif dan Kebijakan Proteksionisme (Risiko Sangat Tinggi) 

-Meningkatnya volatilitas karena suku bunga yang tinggi (Risiko Tinggi) 

-Ketegangan geopolitik mengancam rantai pasokan dan sentimen pasar (Risiko Tinggi) 

-Perlambatan ekonomi global dan tekanan kredit yang lebih besar (Risiko Tinggi) 

-Pasar real estate menghadapi beberapa tantangan (Risiko Tinggi).