Pasar Domestik Dibanjiri Baja Impor, Pelaku Usaha Dorong Pemerintah Bentuk Satgas Khusus
Pasardana.id – Pasar dalam negeri saat ini tengah dibanjiri oleh produk baja konstruksi hasil impor.
Hal ini membuat para pelaku industri baja seakan tidak mendapat perlindungan spesifik terhadap sektor baja konstruksi.
Jika hal tersebut benar terjadi, maka tidak dipungkiri jika keadaan tersebut menjadi celah yang dapat melemahkan daya saing industri nasional.
Kekhawatiran akan hal tersebut diutarakan Ketua Bidang Kerjasama & Humas Indonesia Society of Steel Construction (ISSC), Mochamad Yunus.
Ia mengatakan, meski pemerintah telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Impor Ilegal secara lintas sektoral, namun pihaknya menilai kebijakan yang ada saat ini masih terlalu umum dan belum menyentuh perlindungan langsung terhadap pelaku industri baja konstruksi dalam negeri.
“Ini kelemahan dari dulu, dari rezim ke rezim. Koordinasi antara lembaga yang lemah. Satgas Impor Ilegal memang sudah ada, tapi satgas perlindungan khusus untuk industri konstruksi baja belum ada sampai sekarang,” ucapnya Yunus usai acara FGD ISSC di Jakarta, Kamis (24/7).
Tak hanya itu, Wakil Ketua Umum ISSC, Miing juga mengatakan, bahwa regulasi pemerintah yang ada saat ini juga belum mampu menjawab kebutuhan industri secara spesifik.
Akibatnya, imbuh Miing, anggota asosiasi yang bergerak di sektor baja konstruksi tidak memiliki sandaran kebijakan yang memadai.
“Perlindungan khusus dari pemerintah tidak ada. Padahal baja itu ibunya industri,” ujar Miing menegaskan.
Miing bilang, konsumsi baja di RI masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan ASEAN lainnya.
Padahal, jika secara jumlah dan luas wilayah, Indonesia adalah negara terbesar di kawasan.
Miing menilai, kondisi ini terjadi karena masih lemahnya regulasi dan tidak adanya proteksi terhadap industri baja nasional.
“Kita negara keempat terbesar di dunia, tapi konsumsi baja kita justru yang paling rendah di ASEAN. Itu karena regulasinya separuh-paruh dan proteksi dari pemerintah minim,” tambah Miing.
Banjirnya impor baja konstruksi ke pasar domestik ini, khususnya dari Vietnam dan China ini dinilai dapat mengancam keberlangsungan industri baja nasional yang selama ini berkomitmen menjaga standar kualitas dan kepatuhan terhadap regulasi pemerintah.
Keluhan yang sama terkait dampak membanjirnya baja impor, juga disampaikan Toni, dari PT Garuda Yamato Steel (GYS).
Ia mengungkapkan, bahwa pihaknya mendukung pengawasan ketat kualitas baja impor.
Menurut Toni, saat ini kondisi di lapangan menunjukkan bahwa produk dari fabrikator luar kerap langsung naik ke proyek besar.
Toni bilang, perusahaannya telah mengekspor sekitar 10.000 ton.
Baja yang dikirim ke luar negeri pun merupakan produk berkualitas tinggi.
Sebaliknya, baja yang masuk ke Indonesia melalui impor saat ini justru tidak semuanya memiliki mutu yang setara.
“Kita ekspor barang-barang yang bagus, tapi barang yang masuk (diimpor) itu rongsokan. Jadi itu kan tragis ya. Kayak (sektor) tekstil juga, kita ekspor baju-baju bagus, tapi kita dimasukkan yang abal-abalan,” imbuh Toni.

