BRI Perketat Pengawasan Penyaluran Kredit UMKM

foto: dok. BRI

Pasardana.id - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBRI) atau BRI menyiapkan sejumlah strategi untuk menjaga kualitas aset dan pembiayaan tetap sehat, khususnya di segmen UMKM.

Terlebih, UMKM merupakan fokus Utama BRI dengan nilai penyaluran kredit Rp1.126,02 triliun atau 81,97% dari total portofolio kredit perseroan.

Menurut Direktur Manajemen Risiko BRI, Mucharom, BRI tetap mengedepankan prinsip pertumbuhan yang selektif guna menjaga kualitas kredit secara berkelanjutan.

Langkah ini pun menjadi penting agar pertumbuhan pembiayaan tetap selaras dengan kondisi pasar, tanpa mengorbankan aspek kehati-hatian dalam pengelolaan risiko.

Hal ini tercermin dari membaiknya rasio Non-Performing Loan (NPL) BRI dari 3,11% pada akhir triwulan I-2024 menjadi 2,97% di akhir triwulan I-2025.

Perbaikan serupa juga terlihat pada rasio Loan at Risk (LAR) yang membaik atau turun dari 12,68% di akhir triwulan I-2024 menjadi 11,12% di akhir triwulan I-2025.

“Tentunya kita memperkuat fungsi monitoring dan juga early warning system, sehingga dapat mengetahui kondisi nasabah dan juga antisipasi apabila terjadi potensi pemburukan,” ujar Mucharom dalam keterangan tertulis, Rabu (14/5/2025).

Selanjutnya, kata Mucharom, dalam memperkuat segmen UMKM, kesiapan sumber daya manusia dan infrastruktur pendukung juga menjadi perhatian Perseroan.

Penilaian dilakukan terhadap kompetensi dan kapasitas tim yang ada, khususnya di lini-lini bisnis utama.

Di saat yang sama, selain early warning system, BRI juga melakukan penyempurnaan terhadap fraud detecting system agar mampu mengidentifikasi potensi risiko dan proaktif serta aktivitas di proses bisnis juga tengah ditelaah ulang sebagai bagian dari penguatan fondasi manajemen risiko secara keseluruhan.

“Kita juga lihat kembali sistem dan tools yang ada saat ini, kita coba lihat dan review kembali, kita sudah punya credit scoring, credit rating. Kemudian, kita lihat kembali tentunya nanti credit rating kita ini yang lebih granular dan mungkin lebih bisa membedakan per masing-masing sektor ekonomi, per masing-masing region, sehingga kita bisa melihat risiko secara lebih detail lagi,” ujarnya.

Adapun, sepanjang triwulan I-2025, perekonomian global sendiri masih dibayangi ketidakpastian akibat meningkatnya tensi geopolitik dan dampak lanjutan dari perang tarif, yang menekan aktivitas perdagangan internasional dan rantai pasok.