ANALIS MARKET (23/10/2025): Demand terhadap SBN Berdenominasi Rupiah Diproyeksi Stabil

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) mengalami pelemahan pada sesi perdagangan kemarin.

Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) meningkat sebesar 4 basis poin (bp) menjadi 5,33%, sementara yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) meningkat sebesar 3 bp ke level 5,96%.

Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) meningkat sebesar 1bp menjadi 5,97%.

Level yield curve 10-tahun masih berada di dalam weekly estimated range di kisaran 5,93%-6,17%.

Volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp30,5 triliun kemarin, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp42,2 triliun.

FR0104 dan FR0103 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp4,5 triliun dan Rp2,5 triliun.

Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,8 triliun.

Bank Indonesia melaporkan kredit perbankan tumbuh 7,70% (yoy) pada September 2025, sedikit lebih tinggi dari 7,56% pada Agustus, terutama didorong oleh kredit investasi (+15,18% yoy).

Kredit modal kerja dan konsumsi masing-masing meningkat 3,37% dan 7,42%.

Permintaan kredit masih lemah karena pelaku usaha berhati-hati di tengah suku bunga yang relatif tinggi, dengan fasilitas pinjaman yang belum dicairkan mencapai Rp2.374,8 triliun (22,54% dari plafon).

BI memperkirakan pertumbuhan kredit 2025 berada di batas bawah kisaran 8–11%.

Dana pihak ketiga (DPK) naik 11,18% (yoy) pada September, didorong penempatan dana pemerintah dan kebijakan likuiditas longgar BI, namun transmisi suku bunga masih lambat karena deposito 1 bulan baru turun 29 bps sejak awal tahun akibat special rate bagi deposan besar.

Pada RDG BI 21-22 Oktober 2025, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate di 4,75% (Deposit Facility 3,75%, Lending Facility 5,50%).

Keputusan tersebut sejalan dengan inflasi yang tetap dalam sasaran 2,5±1% dan upaya menjaga stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global.

Bank Indonesia akan terus mencermati efektivitas transmisi kebijakan moneter longgar yang telah ditempuh, prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi, serta stabilitas nilai tukar Rupiah dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga BI-Rate.

Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS tidak banyak berubah, bergerak dari level Rp16.587/US$ di hari Selasa menjadi Rp16.585/US$ kemarin.

Adapun diperdagangan Kamis (23/10) pagi ini, indikator global menunjukkan sentimen yang netral.

Yield curve US Treasury (UST) 5-tahun bertahan di 3,56% sementara yield curve UST 10-tahun turun tipis sebesar 1bp menjadi 3,97%.

Sedangkan Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia bertahan di 81bp.

“Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, BNI Sekuritas mengantisipasi demand terhadap Surat Berharga Negara (SBN) berdenominasi Rupiah akan stabil. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0075, FR0098, FR0079, FR0083,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Kamis (23/10).