Pengembang Ditantang Bangun Kawasan Emas Di Jakarta Timur
Pasardana.id - Pengembang patut melirik kawasan Jakarta Timur untuk dijadikan sasaran investasi, karena harga lahan terbilang rendah dibanding kawasan Jakarta lainnya dan terbilang masih minim kawasan Emas.
Hal itu disampaikan Pengamat Properti, Ali Tranghanda dalam Focus Group Discussion (FGD) 'Membedah Potensi Kawasan Emas Baru di Jakarta Timur' yang diselenggarakan oleh Bisnis Indonesia, di Jakarta, Selasa (12/4).
“Jakarta Timur tidak memiliki kawasan perumahan elit. Tadinya kawasan Pulo Mas, tapi gagal, sehingga konsumen mengalihkan pilihannya ke Bekasi,” kata dia.
Ia melanjutkan, pengembangan pemukiman memang bisa menjadi salah satu fokus yang dikebut oleh Pemerintah Kota Jakarta Timur.
Sebab, dari catatannya, harga lahan di Jakarta Timur sejatinya masih relatif rendah, namun memiliki pertumbuhan yang sangat signifikan.
Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan per kuartalnya mencapai 3,48 persen dan menjadi yang tertinggi di Jakarta.
Ali juga menyebutkan, bahwa saat ini wilayah Jakarta Timur sejatinya memang masih dalam tahap awal perkembangan, dan masih memiliki ruang pertumbuhan yang sangat besar.
Namun masih banyak tantangan yang dinilai Ali masih perlu diselesaikan, sebab menurutnya, Jakarta Timur memiliki profil dan karakteristik yang sangat beragam.
Ali sendiri membaginya menjadi tiga bagian.
Zona 1: bagian utara yang mencakup Pulo Gadung dan Cakung sebagai simpul industri di Jakarta Timur.
Zona 2: bagian tengah yang memanjang dari jalan I Gusti Ngurah Rai sampai Kol Sugiono, yang memiliki potensi sebagai kawasan pemukiman, dan zona 3: Cawang-Kalimalang sebagai pusat transformasi.
“Satu kota akan berkembang kalau ada pusat bisnis, untuk menarik masyarakat menengah atas untuk menetap, kemudian perlu ada juga kawasan elit. Ini yang tidak ada di Jakarta Timur, sehingga harus dibuat. Ini misalnya sudah dimulai dengan Jakarta Garden City di Cakung, tapi karakteristiknya itu agak berbeda, karena zona 1 itu sebenarnya jangkarnya dari Kelapa Gading. Sehingga wilayah zona 2 ini yang paling tepat untuk dikembangkan sebagai kawasan elit sekaligus cikal pengembangan kawasan emas di Jakarta Timur,” beber Ali.
Sementara itu, Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna pun sepakat, wilayah Jakarta Timur memang memiliki tiga zona yang sebenarnya punya potensi melimpah, namun tanpa adanya konektivitas yang baik antar zonanya.
Masing-masing zona dinilai Yayat, bisa dikembangkan sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.
“Zona 1 karena berdekatan dengan industri, kemudian banyak perkantoran di Kelapa Gading bisa menjadi pusat bisnis, sementara zona 2 bisa menjadi wilayah pemukiman, sedangkan zona 3, karena menjadi titik temu banyak transportasi, seperti LRT Jabodebek, MRT, Bandara Halim Perdana Kusuma sampai kereta cepat KCIC, bisa menjadi hub transportasi yang akan mendorong pertumbuhan Jakarta Timur,” jelas Yayat.
Untuk mendorong rencana pengembangan tersebut, Pemda DKI Jakarta maupun Pemerintah Kotamadya Jakarta Timur perlu untuk menciptakan konsep pembangunan yang berkelanjutan dan yang dapat menggali potensi-potensi wilayah secara optimal sehingga dapat menciptakan kawasan emas baru di Jakarta Timur.
Di kesempatan yang sama, Kepala Suku Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Pertanahan Jakarta Timur, Widodo Soeprayitno menjelaskan meski selama ini wilayah Jakarta Timur memang kerap tertinggal dibandingkan wilayah lain di Jakarta, namun pihaknya telah menyusun sejumlah rencana pengembangan wilayah sesuai dengan potensi-potensi yang dimilikinya.
Apalagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini juga tengah menggodok Rancangan Perintah Gubernur (Rapergub) yang akan memudahkan pengembangan kawasan.
“Pemprov sedang menggodok Rapergub, dimana isinya akan lebih ramah terhadap investasi yang masuk ke Jakarta. Misalnya, dahulu dalam satu zonasi hanya bisa dibangun 30 persen, kini dilonggarkan menjadi 60 persen. Melalui regulasi yang sedang disiapkan ini, akan memudahkan investasi,” ungkap Widodo.
Apalagi, lanjut Widodo, Jakarta Timur masih memiliki potensi pengembangan yang sangat tinggi, mengingat wilayah ini merupakan wilayah administrasi paling luas di DKI Jakarta, yaitu sebesar 188,02 km2 dengan jumlah penduduk 3.037.193 jiwa.
Kondisi ini membuat kepadatan penduduk di Jakarta Timur relatif rendah jika dibandingkan wilayah lain di Jakarta, sehingga pengembangan Jakarta Timur masih memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.

