ANALIS MARKET (10/3/2021) : IHSG Berpeluang Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Selasa, 09/03/2021 kemarin, IHSG ditutup melemah sebesar 48 poin atau sebesar 0,78% menjadi 6,199. Sektor pertambangan, infrastruktur, industri konsumsi, perdagangan, property, keuangan, aneka industri, perkebunan bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Sementara investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar 783 miliar rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.CHINA BERAKSI

Pemerintah China mulai menetapkan target pertumbuhan ekonomi, tidak aggressive pemirsa, tapi lebih kepada konservatif untuk tahun ini. Fokus utamanya bukan lagi mengalami pertumbuhan setinggi langit, namun lebih kepada pertumbuhan dalam jangka waktu yang panjang, dan mengurangi hutang serta menghilangkan ketergantungan sector teknologi terhadap Amerika. Target pertumbuhan China telah ditetapkan di atas 6%, jauh di bawah perkiraan para proyeksi market, yang dimana deficit anggaran diperkirakan akan mengalami penurunan menjadi 3.2% dari GDP. Hal ini disampaikan oleh Li Keqiang pada Jumat kemarin dalam acara pembukaan Kongres Rakyat Nasional China. Apa yang dilakukan oleh China sangat berbeda dengan Amerika yang dimana Amerika masih terus menggelontorkan stimulus untuk mendorong pemulihan ekonomi, China lebih terfokus kepada rencana untuk menormalkan berbagai kebijakan yang ada saat ini setelah wabah virus corona dapat dipastikan terkendali dan perekonomian telah bangkit. Target untuk tahun 2021 sebetulnya diproyeksi akan berada dikisaran 8.4% oleh para analis, kami tidak semuluk itu pemirsa. Kami hanya berharap pertumbuhan ekonomi China akan berada di rentang 6% - 7% dengan focus terhadap strategi China yang menormalisasikan kebijakan karena proses pemulihan di China menurut kami sudah hampir selesai. China juga akan terfokus terhadap target jangka panjang, khususnya mengembangkan industry yang berteknologi tinggi dan mendorong konsumsi masyarakat menggunakan jurus sakti, Dual Circulation yang beberapa waktu itu kita pernah bahas. Target lebih dari 6% memberikan kesempatan yang lebih besar bagi China untuk melakukan reformasi perekonomiannya, mengembangkan inovasi serta pembangunan berkualitas tinggi. Dengan pemulihan ekonomi yang akan selesai lebih awal, akan mendorong China mengalami kebangkitan perekonomian lebih cepat dibandingkan tahun lalu. Pemerintah juga telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi yang lebih fleksibel untuk memberikan ruang bagi reformasi structural dan pandemic. Apalagi China sudah membeberkan rencana 5 tahunan yang dimana akan mendorong investasi di bidang teknologi, dan menyisisihkan lebih banyak dari anggaran untuk pengembangan Research and Development. Nantinya pengembangan Research and Development akan terfokus di Artificial Intelligence. Sebagai informasi, China merupakan satu satunya negara dengan perekonomian terbesar yang berkembang cepat dan pemulihan berbentuk V di tengah situasi dan kondisi pandemic yang terjadi. Terkait dengan potensi bubble yang di sampaikan beberapa waktu yang lalu ditambah dengan potensi kenaikkan hutang, Li akan berusaha mencegah hal tersebut terjadi. Li mengatakan tantangan perekonomian China kedepannya adalah konsumsi masyarakat yang masih berada di level rendah, kurangnya inovasi terhadap teknologi, dan beban utang pemerintah daerah dalam mendorong normalisasi perekonomian. Defisit fiscal masih akan tetap membayangi, namun kali ini proyek masih akan terfokus pada meningkatkan kesejahteraan masyarakat China. Karena konsumsi masyarakat masih rendah inilah, pengeluaran pemerintah harus menjadi lebih besar untuk mengimbangi resiko penurunan. China masih harus terfokus untuk mengelola utang, baik utang milik pemerintah daerah dan pusat. Yang menarik adalah meskipun di tengah pandemic dan pemulihan perekonomian yang berjalan di China belum usai, namun Bank Sentral China secara perlahan mulai menarik likuiditas secara bertahap, namun Bank Sentral China tetap berjanji untuk tidak mengubah kebijakan moneter secara mendadak. Li mengatakan bahwa kebijakan moneter akan tetap memperhatikan pasar, dan berhati hati untuk mencegah resiko yang akan terjadi. Li juga akan focus kepada menstabilkan nilai tukar dan pengelolaan hutang dalam perekonomian. Untuk mengurangi hutang daerah, pemerintah pusat akan mengirimkan lebih banyak dana kepada pemerintah daerah dan memberikan pelayanan social. Sejauh ini untuk mengelola perekonomian daerah juga sudah memangkas kuota utang tahunan agar tidak mengalami kenaikkan kembali kedepannya. Kami yakin apa yang dilakukan oleh China saat ini baik adanya. Ditengah situasi dan kondisi proyeksi ekonomi yang bisa menyentuh 8%, China justru memanfaatkan moment ketika negara negara mitra dagangnya mengalami penurunan, China mereformasi diri. Fokus terhadap inovasi dan teknologi, mendorong konsumsi dalam negeri, dan yang terpenting China mengelola hutang fiscal untuk menjaga perekonomian agar terjadi dalam rentang rasio aman. Kami melihat kesiapan hati China inilah yang tidak di nilai dalam jangka pendek, tapi jangka panjang yang akan menjadi sebuah tolok ukur baru bahwa dalam beberapa tahun mendatang, bukan tidak mungkin China akan menempati urutan nomor 1. Pemulihan yang lebih cepat ditambah dukungan yang lebih besar dari bauran kebijakan fiscal dan moneter akan menjadi salah satu tahun kebangkitan China untuk menghadapi masa depan.

2.WOW.... KEREENNN

Pemerintah merespon positif terkait referendum Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) antara Indonesia dan EFTA yang dilaksanakan di Swiss. Hasil referendum tersebut menunjukkan bahwa kampanye negative yang ditujukan pada komoditas kelapa sawit tidak mendapat dukungan dari public Swiss. Sehingga memberikan gambaran terhadap pengakuan internasional dari segi konsistensi dan komitmen Indonesia dalam menjalankan prinsip – prinsip pembangunan berkelanjutkan. Terdapat 51.6% masyarakat Swiss yang mendukung implementasi perjanjian IE-CEPA yang telah ditandatangani pada Desember 2018 setelah melalui perundingan yang berlangsung selama 8 tahun dengan 15 putaran. Perjanjian IE-CEPA merupakan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan negara-negara EFTA (European Free Trade Association) yang beranggotakan Swiss, Norwegia, Islandia dan Liechtenstein. Sebelumnya, referendum di Swiss dilakukan setelah terhambatnya proses ratifikasi perjanjian, yang disebabkan oleh penolakan berupa petisi dari salah satu LSM Swiss karena isu komoditas kelapa sawit Indonesia yang dituduh merusak lingkungan. Adapun, kemitraan ini mencakup perdagangan barang dan jasa, investasi dan peningkatan kapasitas. Melalui perjanjian ini, produk-produk Indonesia akan mendapatkan akses pasar berupa konsesi penghapusan dan pengurangan tarif sehingga akan lebih kompetitif ke pasar EFTA. Penghapusan 7.042 pos tarif Swiss dan Liechtenstein, 6.338 pos tarif Norwegia dan 8.100 pos tarif Islandia menjadi salah satu contoh dari kebijakan tersebut. Diketahui, total ekspor Indonesia ke pasar blok dagang Eropa tersebut pada 2020 mencapai US$ 3,4 miliar dengan neraca surplus bagi Indonesia sebesar US$1,6 miliar. Tentunya hasil referendum ini dapat membawa hasil yang positif bagi Indonesia, karena dengan hasil ini berarti kerjasama IE-CEPA dapat dilanjutkan, sehingga sekitar 8.000 - 9.000 produk Indonesia akan diberikan fasilitas tarif Bea Masuk sebesar 0%. Di sisi lain, pendukung perjanjian dagang ini menyatakan bahwa Indonesia-EFTA CEPA justru akan mengakomodasi masuknya CPO dengan standar keberlanjutan mengingat hanya produk bersertifikasi yang akan menikmati penurunan tarif. Total perdagangan Indonesia dengan Swiss pada 2020 mencapai US$3,09 miliar dengan nilai ekspor Indonesia berjumlah US$2,39 miliar. Nilai ekspor Indonesia mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai pada 2019 yang hanya mencapai US$740,71 juta. Selama 5 tahun terakhir, Indonesia rata-rata mengekspor US$ 1,3 miliar ke negara-negara yang tergabung dalam EFTA. Penandatanganan dan implementasi perjanjian IE-CEPA ini menandakan dimulainya hubungan kerjasama ekonomi Indonesia dengan negara-negara Eropa. Harapannya, kemitraan tersebut mampu meningkatkan potensi ekspor produk-produk Indonesia ke pasar Eropa serta menarik minat investasi asing khususnya dari Eropa. Penyelesaian proses ratifikasi perjanjian ini berlangsung di tengah berlanjutnya ketidakpastian perdagangan global dan kondisi pandemi Covid-19 yang berdampak signifikan terhadap perekonomian nasional. Kami melihat adanya respon positif kepada dunia yang menggambarkan hubungan ekonomi Indonesia dan Eropa yang berjalan baik, Kemitraan merupakan pilihan terbaik untuk mendorong pemulihan ekonomi sebagai dampak dari pandemi.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan ditradingkan pada level 6,167 – 6,279,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (10/3/2021).