AP II Alihkan 49 Persen Saham Bandara Kualanamau ke Investor India
Pasardana.id - PT Angkasa Pura II (Persero) membuka kepemilikan 49 persen saham kepada GMR Airports Consortium asal India, untuk turut serta dalam rencana pembangunan airport city di Bandara Internasional Kualanamu, Medan. Diketahui, masa kontrak untuk proyek ini sampai 25 tahun.
Presiden Direktur Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin mengatakan, pihaknya membutuhkan pendanaan yang besar untuk mengembangkan bandara agar menjadi hub di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Oleh karenanya, AP II ikut mengundang konsorsium besar aviasi besar asal India tersebut.
"Pendanaan itu salah satu hal. Hal yang lain adalah expansion traffic, expertise sharing, dan equity partnership," kata Awaluddin di Medan, Kamis (30/12).
Adapun airport city akan berdiri di lahan seluas 135 hektare di area komersial Bandara Kualanamu.
Di dalam area itu, Angkasa Pura Aviasi berencana membangun taman, hotel, pusat retail, pusat golf, dan rumah sakit.
Melalui airport city, perusahaan berkeinginan mengintegrasikan bandara dengan kawasan industri, bisnis, sampai hiburan.
Dalam rencana pengembangannya, Angkasa Pura Aviasi bakal mengadopsi bandara internasional yang sebelumnya telah menerapkan konsep serupa, misalnya; Brisbane Airport, King Abdulaziz International Airport, Athens International Airport, Manchester Airport, Munich Airporth, Vienna International Airport, dan Zurich Airpot.
Dalam waktu dekat, Bandara Kualanamu akan membuka tender untuk pengembangan kota bandara tersebut.
Kemitraan Angkasa Pura II bersama GMR Consortium terbentuk melalui perusahaan patungan bernama PT Angkasa Pura Aviasi, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Angkasa Pura II sebesar 51 persen.
Angkasa Pura Aviasi akan mengoperasikan Bandara Kualanamu dengan pola kemitraan strategis selama 25 tahun senilai USD 6 miliar melalui skema build operate transfer (BOT), di mana pada akhir kerja sama seluruh aset akan diserahterimakan kembali kepada Angkasa Pura II.
Sementara itu, Direktur Angkasa Pura Aviasi Haris menyampaikan, proses pengembangan itu akan berlangsung selama 25 tahun hingga 2045. Total biaya yang dianggarkan sebesar Rp56 triliun.
"Untuk tahap awal kita akan gunakan Rp3 triliun," ujar Haris.
Untuk proyek jangka panjang, target penumpang yang akan datang ke Bandara Kualanamu setelah terbentuk hub transit internasional hingga 2045 sebanyak 54 juta penumpang.
Sedangkan untuk kapasitasnya, pada 2024 Bandara Kualanamu bisa menampung sampai 65 juta penumpang.
Pada tahap awal di 2028, jumlah penumpang yang akan masuk ke Bandara Kualanamu ditargetkan sebanyak 17 juta. Itu sudah melebihi kapasitas saat ini yang berkisar 8-9 juta penumpang.

