Usai Restrukturisasi Kredit, Kadin Sebut Lima Sektor Usaha Butuh Modal Kerja Rp303 Triliun

Foto : istimewa

Pasardana.id - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia terus mendorong sejumlah sektor usaha agar dapat memperoleh modal kerja dari pemerintah.

Dalam catatan Kadin, terdapat lima sektor usaha yang membutuhkan modal usaha dari pemerintah sebesar Rp303,76 triliun.   

Menurut Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan P Roeslani, kelima sektor usaha tersebut disuarakan oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Gabungan Perusahaan Industri Elektronik dan Alat-alat Listrik Rumah Tangga Indonesia (Gabel) hingga Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).

Disampaikan Rosan, dunia usaha membutuhkan stimulus modal kerja. Karena stimulus ini diperlukan untuk membuka kembali aktivitas perekonomian dalam 6 bulan.

"Ini gambaran kebutuhan modal kerja selama 6 bulan," kata Rosan dalam diskusi INDEF bertajuk 'Mempercepat Geliat Sektor Riil dalam mendukung Pemulihan Ekonomi: Peranan BUMN dalam mendukung pemulihan Ekonomi', di Jakarta, Selasa (28/7/2020).

Dari kebutuhan modal kerja tersebut, Rosan merincikan, perusahaan sektor tekstil membutuhkan dana Rp 141,5 triliun. Sektor makanan dan minuman sebesar Rp 100 triliun. Sektor alas kaki sebesar Rp 40,5 triliun. Sedangkan sektor hotel dan restoran sebesar Rp 21,3 triliun.

Adapun modal kerja untuk sektor elektronik dan alat-alat listrik rumah tangga sebesar Rp 407 miliar.

Sementara itu, di luar hitungan tersebut, Rosan memperkirakan sektor UMKM membutuhkan modal kerja sebesar Rp 125 triliun.

Langkah ini, kata dia, sekaligus memperbaiki kinerja penerimaan pajak negara yang saat ini terkontraksi negatif akibat pandemi. Dengan modal kerja tersebut, sejumlah usaha dapat beroperasi.

Dengan begitu, sektor bisnis juga akan memberikan kontribusi perpajakan yang diperkirakan bisa mencapai 87 persen.

"Kalau dunia usaha tidak dalam program yang dibantu, otomatis penerimaan pajak kita yang memang akan turun akan lebih besar lagi. Ini jadi kendala memenuhi kebutuhan dalam menyelamatkan ekonomi ke depan," tandasnya.