ANALIS MARKET (16/7/2020) : Pasar Obligasi Diproyeksi Bervariatif, Aksi 'Wait and See' Direkomendasikan

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, Rupiah kembali keok ditengah-tengah harapan akan penantian kebijakan dari Bank Sentral Jepang kemarin (15/7).

Pergerakan obligasi yang masih tidak kemana-mana, masih memberikan indikasi bahwa pelaku pasar dan investor menantikan apa yang terjadi esok hari terkait dengan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia.

Meskipun kami melihat ada kenaikkan tapi tidak banyak, masih sesuai dengan rentang yang kami berikan untuk semua jatuh tempo.

Kami melihat masih ada asa untuk pemangkasan tingkat suku bunga, meskipun kami tidak yakin hal tersebut akan dilakukan.

Sejauh ini, kami melihat bahwa pasar membutuhkan kebijakan yang memberikan impact terhadap pasar yang lebih besar, agar tingkat keyakinan dan prospek perekonomian dapat terjaga.

Selama ini kebijakan yang keluar, kami melihatnya masih belum memberikan stimulus dan dorongan di pasar yang lebih konsisten. Karena lagi-lagi sentiment global menjadi tolok ukur.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan hari ini, Kamis (16/7), akan cukup hype, pasalnya akan ada pertemuan Bank Indonesia ditambah lagi dengan Bank Sentral Eropa.

Apalagi pertemuan tersebut dilakukan dalam waktu yang berdekatan, sehingga apapun hasilnya, direspon atau tidak oleh pasar akan terlihat hari ini.

Tidak lupa disana ada sesuatu yang ditunggu, yaitu data perekonomian China, mulai dari GDP secara QoQ dan YoY, Industrial Production, dan Retail Sales yang dimana semuanya diproyeksikan mengalami kenaikkan.

Tentu saja hasil dari pertemuan Bank Sentral tersebut akan sangat dinantikan kedepannya dan data perekonomian China mungkin akan menjadi trigger pergerakan pasar hari ini.

“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, diperdagangan Kamis (16/7) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif hingga hasil pertemuan Bank Indonesia usai. Kebijakan yang lebih mengigit tentu akan sangat dinantikan, dan kami yakin Bank Indonesia mengetahui apa yang harus dilakukan, hanya saja akan dilakukan atau tidak,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (16/7/2020).

Adapun cerita di pagi hari ini akan kita awali dari;

1.SEBUAH CERITA DARI KURODA

Haruhiko Kuroda, Gubernur Bank Sentral Jepang yang memimpin rapat pertemuan Bank Sentral tersebut mengatakan bahwa perekonomian Jepang telah melewati yang terburuk, namun dirinya memperingatkan bahwa pemulihan akan berjalan lambat, namun dirinya tentu akan siap sedia untuk mengambil tindakan apapun yang diperlukan. Sesuatu yang luar biasa menurut kami karena Jepang merupakan salah satu negara yang tidak segan untuk memberikan stimulus untuk menopang perekonomiannya. Mereka telah menganggarkan anggaran tersebut untuk menjaga stabilitas dan sustainabilitas perekonomian mereka bagi Jepang, dan tentu saja anggaran tersebut dikeluarkan agar dapat memberikan impact kepada pasar. Tentu hal tersebut merupakan sesuatu yang patut kita apreasi, sebagai upaya Jepang untuk menopang perekonomiannya. Komentar Kuroda tersebut datang setelah sebelumnya Bank Sentral Jepang pada akhirnya membiarkan tingkat suku bunga dan pembelian asset nya untuk tidak berubah. Proyeksi perekonomian terbaru dari Bank of Japan menunjukkan bahwa penurunan akan terjadi lebih dalam tahun ini, dan akan diikuti oleh pemulihan dalam kurun waktu 2 tahun kedepan. Konsumsi barang dan produksi juga telah mencapai titik terendah, namun aktivitas ekonomi mulai mengalami peningkatan setelah lockdown di cabut kembali. Kuroda mengatakan bahwa lembahnya terlalu dalam, dan dirinya tidak begitu yakin bahwa pemulihan dapat berlanjut secara cepat. Pemulihan akan terjadi secara bertahap. Bank Sentral Jepang juga mengatakan bahwa mereka akan terus mengawasi perkembangan wabah virus corona, solvabilitas perusahaan, tingkat penggangguran, dan tentu saja stabilitas pasar. Bank of Japan sekarang telah menahan diri dari kebijakan yang lebih lanjut dalam 2 pertemuan terakhir, karena sebelumnya Jepang telah memperluas pembelian obligasi korporasi, membeli lebih banyak surat utang pemerintah agar imbal hasil tetap rendah dan memperkenalkan 2 program pinjaman untuk perusahaan yang kesulitan dalam hal keuangan. Ekonomi saat ini jauh dari fase normalisasi, dan Bank of Japan terus mencari dan mengamati efektivitas langkah langkah kebijakan yang sudah ada saat ini tentu termasuk efek samping yang akan diterimanya, oleh sebab itu kami melihat bahwa tingkat suku bunga maupun kebijakan tidak ada yang baru untuk saat ini. Karena Bank of Japan sendiri ingin melihat impact yang ditimbulkan dari setiap kebijakan yang telah dibuat. Obat kuat yang paling kuat dari Bank of Japan adalah pinjaman yang diberikan kepada perusahaan perusahaan yang tengah berjuang menghadapi krisis. Bulan lalu saja, Bank of Japan telah memberikan 2 program pendanaan khusus sebesar 90 triliun yen atau $839 miliar. Oleh sebab itu kalau kita lihat graphic, pinjaman yang diberikan oleh Bank yang berada di Jepang mengalami kenaikkan dengan laju tercepat dalam kurun waktu hampir 3 dekade. Sejauh ini tingkat kebangkrutan telah mengalami kenaikkan sebanyak 6.3% pada bulan June dan pengangguran telah meningkat menjadi 2.9% pada bulan May. Pemerintah dan Bank Sentral Jepang terus berusaha untuk mencegah dampak virus corona meluas yang memberikan tekanan terhadap perekonomian. Kuroda mengatakan bahwa langkah langkah Bank Sentral Jepang telah memberikan kontribusi pada angka kebangkrutan dan pengangguran yang cukup rendah. Namun permasalahan solvabilitas didalam perusahaan masih menjadi masalah yang cukup luas untuk diselesaikan. Pada musim gugur nanti, ratio solvabilitas mungkin akan menjadi masalah bagi perusahaan perusahaan yang berada di Jepang, dan pemerintah harus membuat langkah langkah baru untuk menangani dampak tersebut. Bank Sentral Jepang mengatakan bahwa perekonomian akan menyusut hingga 4.7% dalam kurun waktu 12 bulan hingga Maret 2021. Dan memasuki bulan April, perekonomian masih akan mengalmai kontraksi diantara 3% hingga 5%. Dengan cukup suramnya proyeksi tersebut, kami masih cukup khawatir dengan perekonomian Jepang, meskipun kami yakin bahwa Jepang memiliki kapasitas yang lebih dari cukup untuk menjaga pemerintahannya dari dampak yang ditimbulkan oleh virus corona.

2.KOMPOR MELEDUK

Ditengah situasi dan kondisi yang terasa keruh akibat Inggris yang menolak untuk menggunakan Huawei dalam jaringan 5G-nya, Pemerintah China mengatakan bahwa hal tersebut tidak beralasan. Liu Xiaoming utusan China untuk Inggris mengatakan bahwa keputusan tersebut merupakan sesuatu yang membuat kekecewaan dan merupakan hal yang salah. Huawei telah mendesak pemerintah untuk kembali mempertimbangkan langkah langkah tersebut, meskipun adanya pembatasan yang dilakukan oleh Amerika terhadap China, namun hal tersebut tidak akan mempengaruhi keamanan dan ketahanan peralatan Huawei di masa depan. Dan tentu saja berita Inggris tersebut membuat Amerika semakin senang bukan kepalang ditambah lagi ada kompor meleduk ditengah tengah mereka. Michael Pompeo mengatakan bahwa keptusan Inggris untuk memajukan keamanan transatlantic di era 5G tentu harus diikuti dengan melindungi privasi warga negara, keamanan nasional, dan nilai nilai dari kebebasan dunia. Tentu saja hal tersebut membuat media China mendorong China untuk melakukan pembalasan terhadap Inggris, jika tidak melakukan pembalasan, maka China mungkin hanya akan disangka terlalu mudah menggertak. Xinhua pun mengatakan bahwa keputusan Inggris mengenai Huawei merupakan keputusan yang tidak berdasar dan hal tersebut dapat memberikan efek negative terhadap Inggris karena akan menurunkan kredibilitasnya dalam lingkungan investasi bagi sebagai pusat keuangan maupun perdagangan global. Kami melihat hal tersebut tentu saja ada kepentingan yang lebih besar untuk Inggris dan Amerika, karena secara hitung hitungan dan strategis, Inggris tentu akan cenderung lebih memilih Amerika. Dan sayangnya bagi Inggris mereka tidak bisa memiliki keduanya, karena Amerika dan China sedang dalam keadaan bersitegang. Memang secara etis, tentu saja Inggris tidak bisa melakukan hal seperti itu karena akan membuat hubungan dengan China dapat memburuk. Dan kami masih belum bisa memperkirakan sejauh mana China akan membalas apa yang telah dilakukan oleh Inggris kepada China, apalagi setelah media China mengatakan bahwa China jangan hanya menggertak saja. Kami berharap bahwa China justru dapat merespon hal tersebut karena hal ini menyangkut integritas China itu sendiri. Meskipun kami tidak suka tekanan geopolitik yang akan mengalami peningkatan ditengah situasi dan kondisi virus corona saat ini. Namun yang menarik adalah, Presiden Trump memberikan indikasi atau mungkin juga instruksi kepada kementriannya bahwa dirinya tidak ingin meningkatkan tensi dengan China, dan tidak hany aitu saja, Trump juga akan mengesampingkan sanksi tambahan kepada para pejabat tinggi China. Tentu hal tersebut merupakan sesuatu yang menarik karena tentu akan memberikan ketenangan dan kedamaian bagi pasar dan yang terpenting hal tersebut tentu menjaga hubungan keduanya.

“Kami merekomendasikan masih wait and see hari ini dengan potensi beli apabila pergerakan diatas 55 bps,” sebut analis Pilarmas.