Pemerintah Buka Suara Terkait 500 TKA Asal China di Sulawesi Tenggara

Foto : istimewa

Pasardana.id - Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) buka suara soal kehadiran para tenaga kerja asing (TKA) asing China yang akan bekerja di Sulawesi Tenggara (Sultra).

Rencananya, para TKA ini akan kembali masuk ke Indonesia sekitar akhir Juni atau awal Juli mendatang.

Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi mengatakan kehadiran TKA China adalah untuk mempercepat pembangunan smelter dengan teknologi RKEF dari China.

Dirinya menyebutkan teknologi RKEF diklaim bisa membangun secara ekonomis, cepat, dan memiliki standar lingkungan yang baik. Teknologi itu juga menghasilkan produk hilirisasi nikel yang bisa bersaing di pasar internasional.

"Kenapa butuh TKA dimaksud? Karena mereka bagian dari tim konstruksi yang akan mempercepat pembangunan smelter dimaksud. Setelah smelter tersebut jadi, maka TKA tersebut akan kembali ke negara masing-masing. Pada saat operasi, mayoritas tenaga kerja berasal dari lokal," ungkap Jodi.

Dia juga bicara soal pekerja asing yang sudah bekerja di Morowali dan Weda Bay. Jodi mengatakan, TKA di sana pun tak seberapa jumlahnya dibanding dengan tenaga kerja lokal yang dipekerjakan.

"Jadi jumlah TKA kira-kira 12 persen dari total pekerja, saya yakin jika proses pembangunan smelter yang baru sudah selesai jumlahnya pun akan turun," kata Jodi.

Di Weda Bay, yang saat ini sebagian besar masih dalam fase konstruksi, jumlah tenaga kerja adalah 8.900 orang, dengan rincian tenaga kerja lokal sebesar 7.700 dan TKA 1.200. "Itupun tenaga kerja lokal masih jauh lebih banyak,"  timpalnya.

Contoh lain, yakni di Kawasan industri Virtue Dragon di Konawe, Sulawesi Tenggara, yang beberapa waktu lalu juga menuai kritikan, memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 11.790 orang dengan komposisi 11.084 tenaga kerja Indonesia dan 706 TKA China.

"Jadi kalau nambah 500 TKA untuk mempercepat progress konstruksi agar cepat beroperasi sehingga tenaga kerja lokal bisa lebih banyak diserap, apakah hal itu suatu yang salah? Jadi TKA yang datang ini bukan malah mengambil pekerjaan dari tenaga kerja lokal, tapi justru untuk mempercepat penyerapan tenaga kerja lokal, karena ketika sudah mulai beroperasi, tenaga kerja lokal akan mayoritas," bebernya.

Ditegaskan Jodi, penciptaan lapangan kerja adalah prioritas utama dari pemerintah. Karena itu, dirinya meminta agar hal tersebut tidak dibalik-dibalik dengan informasi yang menyesatkan.

Jodi menambahkan Apa yang dijalankan pemerintah sekarang ini adalah implementasi secara konsisten dari semangat Undang-Undang Minerba yang melarang ekspor mineral mentah yang dikeluarkan oleh Pemerintah sebelumnya.

"Pemerintah sekarang yang mengeksekusi. Hasilnya, selain penyerapan tenaga kerja lokal seperti yang sudah saya jelaskan diatas, adalah devisa ekspor. Pada tahun 2014, ekspor besi baja sebagai produk hilirisasi nikel ini hanya US$ 1.1 milyar, di 2019 angkanya melonjak menjadi US$ 7.2 miliar," ujar Jodi.

Menurut Jodi, nikel ini merupakan salah satu peluang kita untuk mentransformasi ekonomi Indonesia karena memiliki cadangan nikel paling besar di dunia. mineral ini digunakan secara luas di industri.

Selain untuk stainless steel, nikel juga merupakan bahan utama dari lithium baterai yang merupakan komponen utama dari mobil Listrik dan hampir seluruh peralatan elektronik yang memerlukan baterai.

"Yang kita butuhkan adalah investasi hilirisasi di sektor ini. Inilah yang saat ini sedang kita dorong. Mulai 2014, investasi di sektor hilirisasi nikel untuk stainless steel mulai mengalir, seiring dengan dilarangnya ekspor bijih nikel," pungkasnya.

Karena itu, persiapan sumber daya manusia untuk menyambut hilirisasi bahan material untuk lithium baterai pun disiapkan sejak dini.

Dan mulai tahun ini, tepatnya setelah normalisasi restriksi akibat pandemic COVID-19, tambahan pengiriman 500 orang mahasiswa dengan target 3.000 orang sampai dengan 2024 untuk program S-1, S-2, S-3 dan program kejuruan.

"Nantinya lebih banyak sumber daya manusia akan mendapatkan pelatihan kejuruan atau melanjutkan pendidikan tinggi dan mendapatkan transfer of knowledge dan transfer of technology yang akan bermanfaat bagi Indonesia untuk leap frog dalam pengembangan industri ke depa," tutup Jodi.