ANALIS MARKET (12/2/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi lagi-lagi mengalami lonjakan luar biasaaa terkait dengan lelang yang diadakan kemarin.

Meskipun kupon yang diberikan oleh kami terasa kecil kalau kita bandingkan dengan jatuh tempo obligasinya, namun total penawaran yang masuk tetap membludak seperti biasanya.

“Kami melihat hal ini sebagai sebuah sentiment positif yang harus di jaga momentumnya. Coba bayangkan, apabila lelang sukuk yang ditawarkan kemarin dengan kupon dan tingkat suku bunga yang tidak seimbang saja mampu membuat record, bagaimana ceritanya dengan lelang obligasi konvensional yang memiliki kupon yang lebih baik? Tentu akan membuat lelang semakin meriah,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (12/2/2020).

Sejauh ini, lanjut analis Pilarmas, memang kalau kita lihat, lelang kali ini lebih disebabkan kepada perburuan investor local terhadap instrument investasi obligasi, apalagi melihat keadaan IHSG yang memprihatinkan membuat para investor untuk sementara memindahkan dananya ke obligasi.

Tentu hal ini salah satu yang baik, apalagi saat ini kalau teman teman perhatikan, meskipun porsi kepemilikkan asing menurun, namun harga pasar obligasi masih tetap terjaga dengan stabil.

Tentu hal ini merupakan salah satu hal yang sangat sangat positif, karena pasar obligasi mulai mengurangi ketergantungannya terhadap dana asing.

Lebih lanjut disebutkan, diperdagangan Rabu (12/2) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariasi dengan potensi menguat.

Masih dalam rentang yang sama yaitu sekitar 35 – 70 bps, apabila melebihi rentang tersebut, maka berpotensi untuk terus mengalami kenaikkan, apalagi saat ini peringkat rating dari Moodys untuk Indonesia sudah mengalami perbaikan yang itu artinya potensi gagal bayar Indonesia sebagai pemilik surat utang semakin kecil, ketika tingkat resiko gagal bayar semakin kecil, tentu saja imbal hasil akan semakin rendah

Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;

1.PIDATO POWELL

Ketua Federal Reserve, Jerome Powell mengatakan bahwa Bank Sentral Amerika terus mengawasi tekanan dari wabah virus Corona yang telah berkembang di China, dan menjadikannya saat ini sebagai resiko yang akan mengancam pertumbuhan ekonomi Amerika dan China. Secara khusus, kami memantau dengan cermat mengenai virus Corona tersebut, yang dapat menyebabkan gangguan di China yang dapat meluas ke seluruh ekonomi global. Powell mengatakan bahwa, virus tersebut telah mengubah pandangan The Fed terhadap ekonomi Amerika, dan banyak anggota Komite Pasar Terbuka dari The Fed yang menginginkan tingkat suku bunga ditahan tahun ini. Atas hal ini, saham saham di bursa Amerika mengalami kenaikkan. FOMC percaya bahwa sikap kebijakan moneter saat ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang terus berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang kembali ke tujuan simetris yaitu 2%. Selama informasi yang masuk tentang ekonomi tetap dan konsisten secara arti luas dalam pandangan ini, maka sikap kebijakan moneter saat ini kemungkinan besar akan tetap sesuai. Anggota Parlemen House Financial Services Committee juga banyak yang bertanya kepada Powell, seberapa besar dapaknya terhadap perekonomian Amerika? Powell hanya mengatakan bahwa, kami tahu akan ada beberapa efek terhadap perekonomian Amerika, namun masih terlalu dini untuk mengatakan efek tersebut. Powell juga menganggapi anggota parlemen tentang berbagai masalah di pasar, termasuk volatilitas, libor, upah minimum, mata uang digital dan komunitas perbankan. Ketua The Fed dijadwalkan akan mengikuti jajak dengar pendapat terpisah di hadapan Komite Perbankan Senat pada hari ini pukul 10.00am waktu setempat. Wakil ketua The Fed pun, Richard Clarida mengatakan bahwa virus corona merupakan salah satu resiko baru yang berpotensi menggangu perdagangan, menekan harga komoditas, dan menyebabkan dollar Amerika mengalami apresiasi. Lanjut Powell mengatakan dalam pidatonya kemarin, Powell memberikan sebagian besar gambaran yang positif tentang perekonomian Amerika yang bengep tetap tidak hancur secara signifikan oleh pertumbuhan global yang lebih lambat dan perselisihan perdagangan internasional selamat tahun 2019. Sejauh ini kegiatan ekonomi terus meningkat pada kecepatan yang moderat dan pasar tenaga kerja semakin menguat oleh karena itu ekonomi Amerika akan tetap tangguh terhadap tantangan global yang telah naik selama musim panas lalu. Powell juga mengatakan bahwa Bank Sentral telah berhasil untuk menahan lonjakan kenaikkan tingkat suku bunga pada bulan September lalu. Powell mengatakan bahwa ekonomi akan membutuhkan dukungan dari kebijakan fiscal yang ada apabila terjadi penurunan. Beberapa ketidakpastian mengenai perdagangan telah berkurang baru baru ini, tetapi resiko terhadap prospek perekonomian masih sama.

2.Dampak epidemi virus Corona

Penyebaran virus corona berpotensi mempenaruhi kodis ekonomi China . Lembaga S&P menyebut, wabah virus corona dapat menambah US$ 800 miliar atau 5,6 triliun yuan kredit bermasalah baru di China dengan rasio 6,3%. Tekanan bank China mungkin meluas ke pemberi pinjaman besar karena ekonomi yang terputusputus. Disisi lain, dampak epidemi dari virus korona tidak hanya masalah kesehatan, namun berdampak luas, pasalnya perusahaan media di China telah melkaukan PHK sebayak 500 pekerja. Langkah keputusan Media China, Xinchao Media sebagai langkah untuk bertahan dari dampak wabah virus corona. Pasalnya, kekhawatiran pasar atas penyebaran wabah Virus Corona akan membebani operasional perusahaan. Banyak perusahaan yang bisnisnya terganggu setelah pemerintah setempat memperpanjang liburan tahun baru Imlek dan mendesak calon pelanggan untuk tinggal di rumah demi mencegah penyebaran virus. Sebagi informasi perusahaan itu masih memiliki kas hampir CNY 1 miliar, tetapi memperkirakan bahwa kas itu hanya mampu bertahan selama enam bulan hingga tujuh bulan jika mereka tak memiliki pendapatan.

3.Rating Indonesia pada level Baa2 dengan outlook stabil (Investment Grade)

Dalam laporannya lembaga internasional pemeringkat Moody’s Investor Service (Moody’s) memberikan credit rating ke Indonesia di level Baa2 dengan outlook stabil (Investment Grade ) dari seblumnya Baa3 outlook positif ( Investment Grade ). Naiknya peringkat tersebut, laporannya Moody’s mengakui pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif kuat dan stabil, serta beban utang pemerintah yang relatif rendah dan memperkirakan utang pemerintah tetap stabil di kisaran 30% PDB dalam jangka pendek maupun menengah. Moody’s juga mengungkapkan pembangunan infrastruktur, terutama konektivitas transportasi, dan deregulasi kebijakan untuk mendorong investasi. Tentunya pemeringkatan yang dilakukan oleh lembaga tersebut memberikan positif dan optimis akan prospek ekonomi Indonesia di mata internasional. Gubernur Bank Indonesia (BI) mengungkapkan Prospek perekonomian yang tetap positif tersebut merupakan hasil dari sinergi bauran kebijakan yang selaras antara Bank Indonesia dan Pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dan juga akan tetap mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik, serta memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif. Hal ini agar inflasi dan stabilitas eksternal tetap terkendali, serta turut mendukung momentum pertumbuhan ekonomi.

“Kami merekomendasikan wait and see dengan rentang pergerakan 35 - 75bps, tetap hati hati dan cermati sentiment yang ada. Apabila pergerakan harga melebihi 75 bps, maka akan menjadi arah selanjutnya,” sebut analis Pilarmas.