ANALIS MARKET (19/10/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, Sundul gan! Up Up Up.

Sepenggal kata dari anak anak kaskus biasanya seperti itu pemirsa, dan kata kata tersebut cocok untuk situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh pasar obligasi saat ini.

Penguatan pasar obligasi menandakan ada arus capital inflow disana, namun bukan dalam jumlah yang besar. Boleh dikatakan kecil, tapi lebih baik kan daripada tidak sama sekali.

Fokus utama pasar saat ini adalah menanti apakah stimulus untuk perekonomian Amerika senilai $2.2 triliun berhasil dirampungkan atau tidak dalam kurun waktu 48 jam.

Tentu hal tersebut merupakan sesuatu yang kita nantikan bersama karena akan memberikan keyakinan lebih kepada pasar obligasi dalam negeri untuk mengalami penguatan akan animo pelaku pasar dan investor yang mulai kembali berinvestasi di Emerging Market.

Sejauh ini, IMF juga memberikan proyeksi yang cukup positif terhadap perekonomian Indonesia lho, yang dimana akan mengalami pemulihan lebih cepat pada tahun depan, dan akan menempati urutan ke 4 dalam pangsa pasar global.

Tentu hal tersebut memberikan indikasi bahwa perbaikan dan pemulihan perekonomian Indonesia juga merupakan sesuatu yang nyata dan diperhitungkan oleh pasar.

Oleh sebab itu, kami memperkirakan semakin menjelang akhir tahun, maka potensi capital inflow akan semakin lebih besar, apalagi akan ada rebalancing portfolio untuk menghadapi tahun 2021 nanti.

Meskipun fase pemulihan masih rapuh, namun akan semakin menguat apabila ternyata situasi dan kondisi baik global maupun dalam negeri mendukung.

Yang kami khawatirkan dalam 20 hari kedepan adalah Omnibus Law, yang masih memberikan ketidakstabilan politik sehingga mendorong unjuk rasa kedepannya.

Judicial review tentu salah satu yang kita nantikan, oleh sebab itu jangan sampai kita menyampaikan aspirasi dengan cara yang salah sehingga justru akan membebani fase pemulihan perekonomian yang sedang diusahakan saat ini.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Senin (19/10) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan menguat dengan potensi menguat.

“Kami merekomendasikan beli dengan volume kecil,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilsi Senin (19/10/2020).

Cerita di awal pekan ini akan kita awali dari;

1.PALING JUGA PHP LAGI NIH

Kabar mengenai stimulus perekonomian Amerika kembali beredar. Nancy Pelosi mengatakan bahwa Presiden Trump secara Pribadi akan melakukan negosiasi kepada Senat yang dimana didominasi oleh Partai Republik yang dimana mereka selalu mengatakan bahwa Senat enggan untuk menyetujui stimulus senilai $1.8 triliun tersebut. Trump mengatakan bahwa dirinya siap untuk mengeluarkan stimulus dengan nilai lebih dari $1.8 triliun, wow banget kan! Yang dimana bantuan tersebut akan diberikan kepada Amerika terkait dengan wabah virus corona yang masih menekan perekonomian Amerika. Meskipun McConnell tidak akan setuju dengan angka tersebut, Trump akan melakukan yang terbaik untuk melobi McConnell, hal tersebut disampaikan oleh Mnuchin dan Pelosi dalam pembicaraan pada hari Kamis kemarin. Sebelumnya Trump telah berulang kali mengatakan kepada Pelosi bahwa Pelosi menghalangi timbulnya kesepakatan terkait dengan stimulus. Namun saat ini Trump tampaknya mendukung stimulus yang lebih besar, bahkan mungkin lebih besar dari proposal Nancy Pelosi. Pelosi mengatakan bahwa Presiden Trump akan melakukan negosiasi terhadap partainya sendiri, dan itu mungkin sesuatu yang cukup sulit ditengah situasi dan kondisi saat ini. Demokrat sendiri tidak ingin menunggu sampai Joe Biden dilantik untuk menjalankan proposal tersebut. Pelosi mengatakan bahwa White House sejauh ini mereka sudah menerima proposal tersebut khususnya pada pasal pengujian virus corona dan tracing virus corona. Namun prioritas utama terkait dengan proposal tersebut masih akan berusaha untuk di selesaikan hingga ada sepakat. Namun bumbu tak sedap muncul dari McConnell yang mengatakan bahwa rencana stimulus akan memiliki nilai sekitar $500 miliar untuk membantu perekonomian Amerika saat ini. Dirinya mengatakan bahwa jumlah tersebut merupakan angka yang tepat untuk mengatasi situasi dan kondisi saat ini. Komentar McConnell ini terus terang membuat pelaku pasar dan kecewa, termasuk kami pemirsa. Jauh banget kan sama proposal yang tengah di negosiasikan oleh White House dan DPR. Mnuchin mengatakan bahwa proposal harus disetujui 1 paket, semua pasal, atau tidak ada kesepakatan sama sekali. Pemerintah terus mencari cara agar negosiasi tersebut dapat terucap kata sepakat. Sejauh ini Pelosi masih terus bertahan di stimulus $2.2 triliun karena Trump sendirilah yang memberikan angin terhadap Pelosi bahwa Trump menginginkan stimulus yang lebih besar atau sama dengan dari $2.2 triliun. Angin inilah yang membuat Pelosi bertahan karena harapan untuk mendapatkan kesepakatan diatas $2 Triliun memiliki tingkat probabilitas yang besar untuk berhasil karena didukung oleh Trump. Pertanyaannya adalah apakah mungkin kesepakatan tersebut dicapai sebelum pemilu Presiden Amerika? Ada harapan, tapi mungkin butuh sebuah kepastian. Oleh sebab itu Nancy Pelosi mengatakan akan memberikan deadline tersebut pada hari Selasa, 20 October 2020 nanti agar stimulus tersebut dapat terjadi kesepakatan sebelum pemilu presiden 3 November mendatang. Pelosi memberikan deadline tersebut agar kesepakatan sebelum pemilihan presiden dapat terlaksana, sehingga dalam kurun waktu 48 jam kesepakatan tersebut dapat disahkan. Bagi pelaku pasar dan investor ini akan menjadi point penting. Apabila dalam kurun waktu 48 jam kedepan, kesepakatan dapat terjadi, ini akan mendorong pasar saham bergerak menguat lebih tinggi yang itu artinya ada kesempatan untuk mengalami kenaikkan. Sejauh ini Trump menyukai rencana stimulus senilai $2.2 triliun. Trump sendiri mengatakan bahwa dirinya dapat menyakinkan Partai Republik untuk mendukung kesepakatan tersebut karena kesepakatan tersebut bagus adanya, bagus juga dari sisi Trump untuk mendulang suara ditengah tengah himpitan akan kalahnya suara Trump dibandingkan Biden dalam polling di beberapa negara bagian. Bahkan Trump memberikan angin sorga dengan mengatakan bahwa dirinya bahkan bisa memberikan lebih dari $2.2 triliun dan akan menangani masalah tersebut dalam waktu 2 menit. Kami perkirakan dalam kurun waktu 48 jam kedepan, semua perbedaan akan dibahas lebih detail dan komprehensif agar dalam mencapai kesepakatan sebelum pemilihan presiden. Ini akan menjadi tolok ukur yang bagus, seperti yang Trump katakan, Go Big or Go Home! Yuk ah di gas poll.

2.SEBUAH TEKANAN DI TENGAH PENDERITAAN

Terlalu banyak stimulus dalam bentuk fiscal, ternyata tidak selalu berujung dengan sebuah kebaikkan pada akhirnya. Ditengah situasi dan kondisi saat ini, bahkan untuk negara sebesar Amerika saja mereka mungkin akan mengalami fase yang sulit kedepannya. Defisit anggaran Amerika telah meningkat lebih dari 3x lipat dengan rekor $3.1 triliun pada tahun fiscal berjalan yang dimana hal tersebut terjadi karena pemerintah terus menerus mendorong stimulus akan pemulihan perekonomian akibat wabah virus corona. Naikknya deficit anggaran tersebut telah membuat kenaikkan persentase terhadap GDP menjadi 16%, yang dimana merupakan yang terbesar sejak 1945. Padahal sebelumnya, akibat krisis keuangan pada tahun 2009 saja, rasio tersebut hanya mendekati 10% sebelum pada akhirnya mengalami penurunan hingga pada tahun 2015. Defisit anggaran ini merupakan yang terburuk dalam kurun 75 tahun terakhir. Sejauh ini utang nasional Amerika telah lebih besar dari ukuran ekonomi Amerika, dan memberikan potensi mengalami peningkatan hampir 2x lipat pada tahun 2050 karena tingginya populasi yang telah berumur sehingga mendorong tuntutan yang lebih banyak terhadap pos Sosial dan Kesehatan. Resiko dalam jangka panjang adalah mendorong peningkatan utang yang lebih besar yang dimana bisa mendorong inflasi dan membuat investor menjauh apabila pasar menjadi terlalu jenuh. Powell mengatakan bahwa permasalahan utang harus ditangani, namun untuk saat ini bukan waktu yang tepat untuk khawatir, karena pengangguran masih dalam fase yang tinggi yang dimana hal tersebut diakibatkan oleh wabah virus corona yang menekan perekonomian Amerika sehingga membutuhkan dukungan stimulus yang lebih besar. The Fed sebagai Bank Sentral dari Amerika masih akan terus menjaga biaya pinjaman tetap rendah hingga beberapa tahun mendatang, namun permasalahannya adalah The Fed tidak bisa melakukan ini sendiri, The Fed membutuhkan kebijakan fiscal dari pemerintah untuk membantu perekonomian, namun permasalahannya hingga hari ini kebijakan fiscal tidak kunjung usai. Berdasarkan catatan dari laporan Departement Keuangan Amerika yang kami dapatkan, terlihat perbedaan yang sangat besar terdapat pada pos keamanan yang bergerak mengalami kenaikkan dari sebelumnya $515.4B menjadi $1.262,6B. Perubahan besar lainnya adalah pos kesehatan yang sebelumnya $584.8B naik menjadi $748.3B. Biaya kesehatan masyarakat atau medicare juga naik dari sebelumnya $651B menjadi $776.2B. Pos pemerintahan juga mengalami kenaikkan yang cukup signifikan dari sebelumnya $19.5B menjadi $176.8B. Berdasarkan laporan tersebut memberikan gambaran besar bahwa pengeluaran pemerintah mengalami kenaikkan sebesar 47.3% atau menjadi $6.55 triliun pada tahun fiscal 2020. Situasi dan kondisi semakin sulit, ketika pendapatan pemerintah mengalami penurunan sebesar 1.2% karena penerimaan pajak juga mengalami penurunan karena situasi dan kondisi yang tidak menentu hingga saat ini. Situasi dan kondisi mungkin akan mengalami ketidakpastian yang lebih besar kedepannya, pelebaran deficit perlu diambil tindakan apabila itu diperlukan. Seperti kata Om kami, Powell, #gayabeut :D. Menjaga likuditas dan stabilitas jangka pendek saat ini lebih penting daripada mengkhawatirkan jangka panjang. Oleh sebab itu kita harus melakukan apa yang bisa kita lakukan daripada tidak berbuat apa apa. Oleh sebab itu, yuk kita berdoa semoga dalam kurun waktu 48 jam stimulus tersebut dapat disepakati agar cerita proses pemulihan perekonomian dapat berlanjut dan dapat mendorong pergerakan saham ke arah yang lebih tinggi pada akhir tahun nanti.