ANALIS MARKET (07/8/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Rebound
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali mengalami pelemahan diperdagangan kemarin (06/8), namun sudah menunjukkan tanda-tanda akan ada penguatan di beberapa obligasi acuan.
“Obligasi berdurasi 10y, 15y, dan 20y sudah ada tanda-tanda bahwa penurunan akan berhenti hari ini, setelah sebelumnya Bank Indonesia terus menerus melakukan intervensi untuk menjaga harga, baik di pasar obligasi maupun di pasar valuta asing. Hal ini harus dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menjaga kepercayaan pasar, terhadap efek dalam Negeri agar tidak terus menerus terjadi penurunan harga yang signifikan,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (07/8/2019).
Lebih lanjut, analis Pilarmas menyebutkan, diperdagangan Rabu (07/8) pagi ini, pasar obligasi akan dibuka melemah dengan potensi rebound, namun apabila sentiment global hari ini kembali negative, maka besar kemungkinan bahwa potensi rebound tidak akan terjadi, dan akan terfokus menjadi pelemahan kembali.
Adapun para pelaku pasar bakal mencermati sentiment yang akan dimulai dari China, yang tentu saja menolak pemberian label resmi oleh Amerika sebagai manipulator mata uang, karena hal ini tentu saja merusak reputasi China di tatanan keuangan International, perdagangan dan pemulihan ekonomi, dan system mata uang yang berujung kepada turbulensi global.
Bank Sentral China angkat bicara terkait akan hal ini, PBOC menegaskan kembali sekali lagi bahwa depresiasi Yuan hingga mencapai USD 7 merupakan hal yang terjadi akibat mekanisme pasar.
China tidak akan menggunakan mata uang sebagai alat untuk mengatasi permasalahan kesepakatan dagang yang masih belum usai hingga kini.
China tentu akan menjaga mata uang Yuannya agar tetap stabil, namun ditingkat yang masih masuk akal.
Penurunan mata uang Yuan hingga USD 7 merupakan yang terparah sejak 2008 lalu.
Meskipun demikian, cukup banyak pendapat para ahli yang mengatakan bahwa China belum memenuhi kriteria sebagai manipulator mata uang.
Bank Sentral China juga mengadakan pertemuan dengan banyak eksportir asing di China yang dimana mereka mengatakan bahwa kemampuan Perusahaan untuk membeli dan menjual Dollar masih tetap normal.
Permasalahan yang muncul dalam situasi dan kondisi seperti ini akan membuat Perusahaan Asing di China yang melakukan produksi tentu akan mengalami kenaikkan ongkos produksi yang lebih mahal. Bank Sentral China dan Administrasi Negara khususnya valuta asing akan terus bekerja untuk menjaga konsistensi dan stabilitas kebijakan nilai tukar.
"Kami masih melihat bahwa hal ini merupakan sebuah alat permainan bagi China dan Amerika, karena mungkin saja sedari awal memang tidak ada kesepakatan yang ingin diraih oleh kedua belah pihak. Kami juga yakin bahwa mereka menyadari setiap apapun tindakan mereka, tentu sedikit banyak akan mempengaruhi arus dari perdagangan global," jelas analis Pilarmas.
Namun anehnya, ditengah situasi dan kondisi yang terus carut marut, Amerika masih ingin melakukan negosiasi.
Larry Kudlow menyatakan kemarin bahwa Amerika tetap berkomitmen untuk melanjutkan negosiasi dengan pejabat China pada awal September seperti yang sudah direncanakan sebelumnya.
Bagi Donald Trump sendiri tekanan yang Ia berikan terhadap China mungkin akan membantunya untuk menjadi Presiden Amerika selama 4 tahun kedepan.
Kudlow juga mengatakan bahwa Ekonomi China sedang runtuh, di setiap data ekonomi yang hadir, menunjukkan bahwa pelemahan ekonomi di China terus terjadi dan semakin rendah.
Memang ada benarnya juga karena apabila kita melihat GDP China merupakan yang terendah dalam kurun waktu 27 tahun terakhir.
Indeks saham China juga terus menerus mengalami penurunan. Kudlow menambahkan bahwa meskipun Amerika dan China sama sama mengalami luka di bidang ekonomi, namun Amerika dapat menahan perlambatannya ketimbang China, dan kami melihat hal itu sebagai sebuah kebenaran.
Kalau kita menilik data China yang akan muncul, tentu kita menyadari bahwa saat ini yang masih terkena dampaknya adalah China.
Oleh sebab itu, kami melihat bahwa apabila hal ini tidak diperbaiki segera, atau China menyiapkan strategi lanjutan, maka perekonomian China mungkin akan benar benar runtuh.
“Kami merekomendasikan wait and see dengan potensi beli,” sebut analis Pilarmas.

