ANALIS MARKET (06/8/2019) : Pasar Oligasi Berpotensi Melemah

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi pada akhirnya kembali mengalami pelemahan setelah tak kuasa menahan sentiment negative dari global dan dalam Negeri.

Potensi harga obligasi untuk mengalami kenaikkan akhirnya harus pupus, setelah diterpa oleh sentiment negative, yang membuat pasar, baik saham maupun obligasi mengalami pelemahan yang cukup dalam kemarin.

Meskipun demikian, Bank Indonesia melakukan intervensi kemarin baik di pasar obligasi maupun di pasar valuta asing untuk menjaga pelemahan.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (06/8) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah.

Sentimen pagi ini masih tercium aroma antara Amerika dan China dimana China kembali mengambil sikap terkait dengan keputusan Trump untuk kembali mengenakan tarif sebesar 10% dari $300 miliar barang yang diimpor ke Amerika.

China memilih untuk menghentikan pembelian produk pertanian Amerika saat ini akibat dari respon keputusan Trump, ditengah tengah “lagi lagi” pembicaraan dagang tengah berlangsung.

Pemerintah China telah meminta Perusahaan Milik Negara untuk menunda pembelian produk pertanian dari Amerika.

Saat ini pembelian produk pertanian telah beralih kepada kedelai dari Amerika Selatan, yaitu Brazil dan Argentina.

Tidak hanya itu saja, penghentian pembelian produk pertanian juga terjadi terhadap barang barang yang memiliki relevansi terhadap pertanian.

China dibuat terpesona oleh sikap Trump yang mengancam akan menaikkan tarif tersebut, dan tentu saja China tidak tinggal diam akan hal tersebut.

China telah berjanji akan merespons lebih jauh apabila Amerika tetap bersikeras untuk menambahkan tarif tambahan. Saat ini para pembeli kedelai dari China menunggu untuk melihat bagaimana kelanjutan dari perundingan antara Amerika dan China berlangsung.

Akan sikap China ini, tentu hal ini akan memukul para petani Amerika yang dimana para petani itu merupakan pendukung Trump.

Dari sisi Trump, Dia berulang kali mengeluh bahwa China belum melakukan pembelian produk pertanian Amerika dalam jumlah besar seperti yang dijanjikan sebelumnya, namun sekali lagi China membantah tuduhan tersebut.

China mengatakan bahwa China telah membeli produk pertanian Amerika termasuk kedelai, namun memang ada beberapa kesepakatan yang belum selesai karena harga tidak kompetitif.

Atas dasar sikap China, akhirnya Pemerintah Amerika secara resmi menyebut China sebagai manipulator mata uang, setelah sebelumnya Amerika tidak pernah menyampaikan hal tersebut secara resmi.

Hubungan yang kemarin ingin diperbaiki, seketika langsung hancur akibat aksi ego Trump yang tidak sabar akan pembicaraan mengenai kesepakatan dagang.

Namun kami melihat bahwa hal ini sebetulnya hanyalah sebuah permainan.

Satu sisi, kami melihat kedua Negara tersebut saling membutuhkan, namun disisi yang lain kedua Negara tersebut saling menyalahkan.

Kalau memang keinginan kedua Negara tersebut ingin bisa mencapai kata sepakat, tentu menahan ego dan menerima beberapa point yang mungkin tidak bisa tercapai bukanlah masalah besar, karena masa depan perekonomian kedua Negara khususnya global sedang dipertaruhkan.

Namun tampaknya akibat perang dagang ini, Negara Negara lain diluar yang ternyata paling besar terkena dampaknya.

Oleh sebab itu kami melihat bahwa ini semua hanyalah permainan dari Amerika dan China.

Steven Mnuchin selaku Menteri Keuangan mengatakan bahwa penurunan yuan dibawah level 7.11 per Dollar merupakan manipulasi mata uang.

Pada akhirnya Trump menyampaikan bahwa kenaikkan tarif akan segera berlaku pada tanggal 1 September, apabila tidak ada terobosan yang besar dalam negosiasi.

Penunjukkan sebuah Negara sebagai manipulator mata uang tidak bisa terjadi begitu saja tanpa ada laporan dalam semi tahunan kepada Kongres.

Tindakan yang terjadi kemarin merupakan sesuatu yang datang tanpa melewati Kongres terlebih dahulu.

Langkah Amerika ini membuat kesepakatan antara Amerika dan China akan semakin sulit untuk tercapai, dan akan semakin jauh dari kata sepakat.

Semakin Amerika menekan China, semakin China tidak takut terhadap Amerika. Semakin Amerika memaksa China, semakin China bertahan terhadap Amerika.

“Kami merekomendasikan jual hari ini dengan persiapan membeli di harga rendah,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (06/8/2019).