ANALIS MARKET (28/8/2019) : Harga Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, seperti yang sudah kami bayangkan sebelumnya, lelang tidak akan semenarik beberapa pekan sebelumnya.

Ditengah-tengah tekanan dan tensi yang masih meninggi antara China dan Amerika, membuat para pelaku pasar dan investor menjaga jarak dalam berinvestasi di Indonesia, sebagai salah satu Negara Emerging Market yang menarik bagi para investor.

Dengan total penawaran yang masuk tidak begitu banyak, dan ditambah dengan tingginya imbal hasil yang diminta oleh investor, membuat harga obligasi di pasar sekunder juga mengalami penurunan.

Ditengah-tengah ketidakpastian yang masih tinggi, membuat para pelaku pasar dan investor meminta imbal hasil yang lebih tinggi sebagai kompensasi atas tingginya resiko yang akan terjadi.

Adapun diperdagangan Rabu (28/8) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas. Berkurangnya tensi akan menjadi pengurang dalam turunnya harga obligasi maupun saham.

Sementara itu, sentiment yang menjadi sorotan investor berasal dari Amerika dan China, yang mulai berkurang tensinya. Sekali lagi China membantah bahwa China tidak mengetahui mengenai komunikasi yang terjadi antara Trump dan China.

China masih bersikeras bahwa tidak ada panggilan telepon yang terjadi yang ingin menunjukkan kesediaan China untuk berbicara lagi dengan Amerika terkait dengan perang dagang.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang mengatakan pada konfrensi pers pada hari Selasa, bahwa China membantah bahwa komunikasi telah terjadi.

Shuang juga menyampaikan bahwa Amerika telah meningkatkan tarif pajak ekspor China ke Amerika. Tekanan ini murni berbahaya bagi kedua Negara, dan tidak konstruktif sama sekali.

Dalam konfrensi pers tersebut, Shuang juga menyampaikan bahwa China berharap Amerika dapat mempertahankan ketenangan, kembali ke rasionalitas, menghentikan praktik yang salah, dan menciptakan kondisi bagi kedua belah pihak untuk melakukan konsultasi atas dasar saling menghormati, setara, dan saling menguntungkan.

Di sisi yang lain, Trump meninggalkan KTT G7 pada hari Senin dengan nada yang masih lembut untuk China, kami melihat Trump ingin menenangkan pasar setelah gejolak yang timbul sebelumnya akibat kenaikkan tarif kedua belah pihak.

Pembalasan tarif tersebut terjadi tidak lama setelah China mengumumkan kenaikkan tarif untuk Amerika, seakan akan tidak terima, Trump ingin menunjukkan kekuasaan dan dominasinya pada negosiasi tersebut.

Setelah menghabiskan akhir pekan di KTT G7, para pemimpin G7 mendesak Trump untuk meredakan ketegangan dengan China.

Namun Trump mengatakan bahwa, inilah cara Trump dalam bernegosiasi. Ini dilakukan oleh saya selama bertahun tahun, itu memberikan hasil yang lebih baik bagi Negara.

Tampaknya Trump juga mulai merasakan bahwa dirinya mulai frustasi terhadap Xi Jinping. Karena setiap Trump menaikkan tariff, Xi Jinping juga menaikkan tarif.

Trump mengatakan bahwa kesepakatan tidak bisa dibuat 50 – 50 atau menjadi kesepakatan yang adil.

Kesepakatan ini harus memberikan posisi yang lebih baik bagi Amerika. Jika tidak lebih baik, lebih baik jangan berbisnis bersama. Karena saya tidak ingin melakukan bisnis dengan China. Kata kata ini menegaskan bahwa mungkin tidak akan penah ada pernjanjian yang adil, setara, seimbang yang diinginkan oleh China. Karena Trump menginginkan perjanjian yang lebih baik bagi Amerika.

Tetap saja, keduanya tidak akan pernah bertemu. Kedua belah pihak juga masih mengadakan pembicaraan terkait dengan pertemuan yang mungkin saja tidak akan terjadi pada bulan September nanti. Sejauh ini, China masih berhenti berkomitmen untuk negosiasi lebih lanjut, dan beberapa pejabat Amerika juga enggan untuk mengadakan pembicaraan yang lain jika tidak ada substansi yang dapat dicapai.

Pihak China menyampaikan bahwa Trump salah mengartikan pesan yang disampaikan oleh Liu He dalam pembukaan Smart Expo di China, di kota barat Chongqing.

Liu mengatakan bahwa China bersedia untuk menyelesaikan masalah melalui diskusi dan kerja sama dengan sikap yang tenang. China juga dengan tegas menentang eskalasi perang dagang.

Dukungan dari pemimpin G7 juga terus mengalir, salah satunya dari Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Keinginan kami yang dalam adalah menemukan perjanjian antara Amerika dan China mengenai perdagangan, karena hal tersebut akan menjadi sesuatu yang sangat positif bagi semua orang.

Konflik perang dagang ini telah menimbulkan rasa sakit terhadap China, memperburuk fase ekspansi ekonomi terlambat dalam kurun hampir 3 decade, karenanya pihak berwenang juga menjaga resiko utang dan stabilitas keuangan.

“Kami merekomendasikan jual hari ini, tetap cermati situasi dan kondisi yang tengah terjadi,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (28/8/2019).