ANALIS MARKET (03/7/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, Welcome to the world Fixed Rate 80.

Mungkin karena FR 80 lah, lelang yang berlangsung kemarin (02/7), mengalami animo tertinggi. Tentu saja FR 80 menjadi baby boomers kemarin (02/7) sebagai obligasi yang paling banyak diminati. Apalagi daya tariknya adalah sebagai obligasi acuan yang akan menggantikan seri sebelumnya FR 68 untuk benchmark 15y. “Lelang pun kemarin berjalan dengan sangat baik, sehingga memberikan potensi bagi pasar obligasi untuk mengalami kenaikkan, meskipun tidak banyak. Masih dalam fase konsolidasi, namun akan menjadi bekal yang cukup untuk menjaga momentum pergerakan harga obligasi yang masih berada di ketinggian,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (03/7/2019).

Lebih lanjut analis Pilarmas menyebutkan, diperdagangan Rabu (03/7/2019) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan bergerak flat dengan potensi menguat terbatas.

Keterbatasan ini masih datang dengan valuasi secara harga yang mulai mendekati kemahalan, namun sentimennya masih menjaga harga obligasi untuk bertahan di area penguatan.

Adapun para pelaku pasar bakal menyoroti beberapa sentiment, antara lain; Bank Sentral Australia kembali menurunkan tingkat suku bunganya sebesar 25 bps menjadi 1%. Hal ini sejalan dengan keinginan para pelaku pasar, dan hal ini merupakan pertama kalinya Bank Sentral Australia memangkas tingkat suku bunganya selama 2 bulan berturut turut.

Gubernur Bank Sentral Australia, Philip Lowe, mengatakan bahwa mereka akan membiarkan pintu untuk terus terbuka untuk melakukan pelonggaran lebih lanjut. RBA juga mengatakan akan terus memantau perkembangan pasar tenaga kerja secara berkelanjutan dan akan menyesuaikan kebijakan moneter jika diperlukan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

RBA juga terus melihat resiko penurunan ekonomi global akibat perang dagang antar Amerika dan China.

Beralih dari sana, akhirnya OPEC dan aliansinya sepakat untuk memperpanjang pengurangi produksi mereka sebesar 1.2 juta barel per hari hingga 9 bulan atau hingga Maret 2020.

Mereka juga menandatangani piagam kerja sama yang baru untuk meresmikan kemitraan OPEC+, meskipun tidak mengikat secara hukum, dan detailnya cukup sederhana.

Arab Saudi akan terus memikul bagian terbesar dari pemotongan dengan memproduksi dibawah 10 juta barel per hari pada semester ke-2.

Sementara itu, Bank Sentral Eropa tampaknya belum siap untuk membuat kebijakan yang menuju ke arah stimulus moneter tambahan pada pertemuan bulan ini. Mereka akan lebih banyak menunggu data ekonomi yang akan masuk.

Anggota Dewan Pengatur pun setuju bahwa mereka akan bertindak pada 25 July jika prospeknya memburuk, saat ini mereka akan terfokus kepada pertemuan pada bulan September nanti, kurang lebih sama seperti perkiraan pemangkasan tingkat suku bunga The Fed pada bulan September nanti, setelah sebelumnya Powell mengatakan tidak akan bereaksi secara berlebihan untuk memangkas tingkat suku bunga pada bulan July nanti.

Dewan juga mungkin akan mulai sedikit demi sedikit mengubah kata kata yang digunakan untuk memberikan signal bahwa stimulus akan terjadi.

Ditengah diskusi mengenai stimulus, Perwakilan Dagang Amerika mengusulkan daftar tambahan dengan nilai perdagangan $4b yang dapat dikenakan dalam proses penegakan hak hak Amerika dalam perselisihan melawan Uni Eropa.

Dalam daftar tersebut ada barang barang yang diusulkan termasuk keji, susu, kopi, produk logam, wiski dan produk daging babi.

Sebagai informasi, Amerika dan Uni Eropa terlihat dalam perdebatan di WTO, karena masing masing pihak menuduh pihak lain secara illegal mensubsidi industry pembuatan pesawat.

Ditengah-tengah penantian akan stimulus moneter tambahan dari Eropa, posisi Mario Draghi selaku Presiden Bank Sentral Eropa akan berakhir pada 31 October 2019 nanti. Dan kandidat kuat mengenai penggantinya adalah, mungkin kita juga tidak asing mendengarnya yaitu Christine Lagarde.

Ia dinominasikan untuk menjadi Presiden Bank Sentral Eropa, dan menjadi wanita pertama yang akan memimpin Lembaga tersebut.

Dalam pernyataannya, Lagarde mengatkaan bahwa Dia merasa sangat terhormat karena telah dinominasikan, dan untuk sementara waktu akan melepaskan tanggung jawabnya di IMF sementara anggota parlemen Uni Eropa akan berupaya meratifikasi penunjukkannya.

“Kami melihat dengan posisinya saat ini sebagai Managing Director IMF, tentu kapasitas Lagarde dapat memimpin Lembaga tersebut. Hal ini menarik karena, Kanselir Jerman Angela Merkel juga mengatakan bahwa Dia dipilih karena peran kepemimpinannya yang tak terbantahkan di IMF, dan siapapun yang bisa melakukan itu maka Dia juga dapat memimpin ECB,” jelas analis Pilarmas.

“Kami merekomendasikan wait and see hari ini,” sebut analis Pilarmas.