Ramai Sentimen, Harga SUN Diperdagangan Senin Kemarin Bervariasi Cenderung Turun
Pasardana.id - Pada perdagangan awal pekan ini, hari Senin, tanggal 24 Juni 2019, harga Surat Berharga Negara (SBN) bergerak dengan arah yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan ditengah adanya beberapa sentimen baik domestik maupun global.
Dalam riset yang dirilis Selasa (25/6/2019), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, diperdagangan kemarin (24/6), harga Surat Utang Negara (SUN) bergerak dengan arah yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan ditengah beberapa sentimen.
“Koreksi harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin dipicu oleh mulai memanasnya hubungan antara Amerika dan Iran setelah Iran menembak jatuh pesawat tanpa awak (drone) milik Amerika Serikat. Kami menilai bahwa baku ancam yang terjadi antara Amerika dan Iran akan mempengaruhi harga minyak dunia sehingga memungkinkan para pelaku pasar untuk mengambil aksi wait and see terhadap kondisi pasar global,” jelas I Made.
Ditambahkan, meskipun pada perdagangan kemarin didukung oleh rilis data neraca perdagangan Indonesia untuk periode Mei 2019 yang surplus sebesar USD210 juta, namun para pelaku pasar nampaknya lebih menahan diri ditengah jelang diselenggarakannya lelang Sukuk Negara pada hari ini (25/6), hal ini terindikasi dari menurunnya volume pada perdagangan kemarin.
Pada kuartal II tahun 2019 pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Berharga Negara melalui lelang senilai Rp129 triliun dari 5 kali lelang Surat Utang Negara dan 6 kali lelang Sukuk Negara. Pada lelang sebelumnya, pemerintah meraup dana senilai Rp5,16 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp13,48 triliun.
Lebih lanjut, riset juga menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan kemarin (24/6) mengalami penurunan hingga mencapai 125 bps, sehingga mendorong terjadinya kenaikan rata-rata tingkat imbal hasil sebesar 1 bps.
Adapun untuk Surat Utang Negara bertenor pendek (1-4 tahun) didapati kenaikan harga yang terbatas berkisar antara 3 bps hingga 5 bps yang menyebabkan turunnya tingkat imbal hasil berkisar antara 1 bps hingga 2,5 bps.
Sementara itu, Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan harga hingga 21 bps yang berdampak pada kenaikan tingkat imbal hasil yang berkisar antara 1,5 bps hingga 4 bps.
Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) mengalami penurunan harga dengan rata-rata penurunan sebesar 13 bps yang menyebabkan naiknya rata-rata tingkat imbal hasil sebesar 1 bps.
Secara keseluruhan, ungkap I Made, kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasil yang beragam pada Surat Utang Negara seri acuan.
Adapun untuk tenor 5 tahun mengalami penurunan tingkat imbal hasil sebesar 1,5 bps sedangkan untuk tenor 10 tahun dan 15 tahun mengalami kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 2,7 bps dan 1,4 bps.
Sementara itu, untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 20 tahun didapati kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 3,5 bps.
Sementara itu, dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, juga mengalami perubahan tingkat imbal hasil yang bervariasi, seiring dengan pergerakan imbal hasil surat utang global yang ditutup dengan mengalami kenaikan.
Imbal hasil dari INDO24 ditutup naik sebesar 1,4 bps di level 2,980%.
Sementara itu, imbal hasil dari INDO29 ditutup dengan mengalami penurunan tingkat imbal hasil sebesar 1 bps di level 3,363% dan untuk tingkat imbal hasil dari INDO44 dan INDO49 mengalami kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 1,3 bps di level 4,266% dan 0,3 bps di level 4,188%.

