ANALIS MARKET (14/6/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Koreksi
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, diperdagangan kemarin (13/6), pasar obligasi pada akhirnya berhasil menembus titik resistensi, namun bukan berarti pasar obligasi akan menguat.
Pasalnya, seiring dengan menembusnya pasar obligasi ke titik resistensi, justru ruang penguatannya saat ini sudah habis, sehingga dibutuhkan koreksi apabila memang ada potensi penguatan kembali disana.
“Pagi hari ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariasi dengan potensi koreksi. Cermati perdagangan hari ini, karena hal ini merupakan fase penentuan dari pergerakan pasar obligasi,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (14/6/2019).
Lebih lanjut riset menyebutkan, beberapa hal yang menarik layak dicermati pelaku pasar pada perdagangan obligasi hari ini, Jumat (14/6).
Riset menyebutkan, sentimen diperdagangan hari ini dimulai dari harga minyak yang menggeliat akibat insiden serangan dua kapal tanker minyak di Teluk Persia. Salah satu kapal tersebut rusak oleh ledakan.
Amerika langsung memberikan tanggapan akan hal ini yang dimana Amerika menyalahkan Iran atas serangan tersebut.
Michael Pompeo mengatakan bahwa Amerika akan mempertahankan kekuatannya, kepentingannya, dan akan berdiri dengan mitra dan sekutu kami untuk menjaga perdagangan global dan stabilitas regional.
Namun yang menarik, Pompeo mengatakan pernyataan tersebut dengan tidak memberikan bukti bahwa Iran yang melakukan serangan tersebut.
Tentu saja, Iran membantah keterlibatan tersebut melalui Menteri Luar Negerinya Javad Zarif yang mengatakan bahwa mungkin saja musuh Iran yang berada di balik serangan tersebut.
Utusan Kuwait untuk PBB, Mansour Al-Otaibi juga mengatakan terlalu dini untuk menyalahkan. Menurut pendapatnya, bahwa kami tidak menyalahkan siapa pun, karena penyelidikan juga masih berlangsung.
Akibat hal ini, minyak Brent naik hampir $1 per barel. Amerika juga sedang mempertimbangkan untuk melakukan pengawalan laut untuk kapal komersial yang bepergian melalui Selat Hormuz.
Kami melihat bahwa serangan serangan seperti ini justru membuat tensi konflik antara Amerika dan Iran semakin tinggi, apalagi sejak Pemerintahan Trump, Amerika semakin memperketat sanksi terhadap ekspor minyak Iran sejak awal Mei lalu, menyusul keputusan Trump yang menarik diri dari perjanjian Nuklir pada tahun 2015.
Beralih dari sana, klaim pengangguran di Amerika kembali naik dalam kurun waktu 5 minggu terakhir, namun secara historis masih dalam tetap dalam level yang rendah. Namun lagi-lagi issu kenaikkan angka tersebut di goreng oleh pasar yang memberikan dukungan kepada The Fed untuk memangkas tingkat suku bunga.
“Memang benar hal ini dapat terjadi, namun kami melihat data yang lain juga masih cukup solid. Kalaupun The Fed akan memangkas tingkat suku bunga, tentu juga tidak mungkin akan dilakukan pada bulan ini. Justru pandangan The Fed terkait dengan tingkat suku bunga akan sangat dinantikan pekan depan,” jelas analis Pilarmas.
Ditambahkan, potensi pemangkasan The Fed berada pada bulan July dengan tingkat probabilitas sebesar 87.4% atau pada bulan September dengan tingkat probabilitas 98%. Tentu kedua bulan ini akan menjadi moment penting.
“Disatu sisi, kami menilai pemangkasan tingkat suku bunga Bank Indonesia juga tengah di gosok biar makin sip, namun kami juga cukup ragu bahwa BI Rate akan dipangkas pada bulan ini,” sambung analis Pilarmas.
Dengan melihat Rupiah yang masih volatile, dan didukung oleh Current Account Deficit yang masih belum membaik, kemungkinan Bank Indonesia juga akan menunggu pandangan The Fed terlebih dahulu. Namun apapun bisa saja terjadi. Sementara itu, terkait issu perang dagang antara Amerika dan China, Larry Kudlow memperingatkan China apabila menolak undangan pertemuan dengan Trump, mungkin akan ada konsekuensinya.
Trump sangat menantikan pertemuan tersebut, dan sangat ingin sekali melakukan pertemuan tersebut, namun sampai hari ini belum ada tanggapan resmi dari China.
Trump berulang kali mengancam China apabila pertemuan tersebut tidak jadi, maka mereka akan menaikkan tarif berikutnya.
“Kami merekomendasikan mulai wait and see hari ini dengan potensi jual,” sebut analis Pilarmas.

