ANALIS MARKET (31/5/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi melanjutkan penurunan di hari keduanya, ditengah-tengah situasi dan kondisi global yang kian tidak menentu.
Namun pasar obligasi terlihat berpotensi untuk mengalami rebound dalam jangka pendek.
Pertanyaannya adalah, apakah rebound nanti sebagai reaksi kenaikkan sebelum penurunan, atau ternyata kenaikkan tersebut dapat di anggap sebagai trend kenaikkan untuk jangka pendek?
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Jumat (31/5/2019) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas.
Keterbatasan ini datang dari liburnya bulan Ramadhan, sehingga membuat transaksi dan frekuensi akan turun hari ini.
Lebih lanjut riset juga menyebutkan, sentiment akan kembali menerpa hubungan antara Amerika dan China mengenai Huawei 5G.
Amerika melalui Donald Trump akan bertemu dengan Theresa May untuk membahas lebih lanjut mengenai Huawei.
Tampaknya Amerika berusaha meyakinkan semua sekutunya di Eropa untuk mengecualikan Huawei dari jaringan 5G.
Sejauh ini, Inggris belum membuat keputusan apapun terkait dengan Huawei untuk menempatkanya dalam daftar hitam. Amerika menggunakan alasan spionase untuk memblokir Huawei dari Inggris.
Tampaknya Trump terus menerus menekan China, kali ini tidak hanya dari pihak Amerika, namun juga melalui sekutunya.
Tentu hal ini membuat potensi kerugian terhadap China semakin membesar akibat apa yang dilakukan Amerika.
Selama kunjungan tersebut yang dimulai 3 Juni 2019, Trump dan May juga akan membahas China, Iran, Timur Tengah, Rusia, dan Suriah.
Menteri dalam Negeri Inggris, Sajid Javid, telah memberikan isyarat kepada Inggris untuk mengambil sikap yang lebih keras terhadap Huawei.
Tetapi pada bulan February, Kepala Badan Intelijen Inggris memberikan petunjuk kuat bahwa Ia tidak akan mendesak untuk melakukan larangan langsung terhadap Huawei.
Keputusan itu langsung dianggap kontroversial, sehingga May langsung memecat Menteri Pertahanan Inggris karena adanya kebocoran sikap Inggris terhadap Huawei.
Wakil Presiden Amerika, Mike Pence juga muncul di konfrensi pers di Ottawa, dimana Mike juga mengadakan pertemuan dengan Justin Trudeau, Perdana Menteri Kanada.
Mike menyampaikan bahwa Huawei tidak sesuai dengan kepentingan keamanan Amerika atau sekutu kami di negara – negara yang mencintai kebebasan di seluruh dunia. Dan kami terus mendesak sekutu kami di Eropa, dan Kanada dalam hal ini.
Amerika memang menunda masuknya Huawei kedalam daftar hitam, terlihat Amerika sangat bijaksana. Namun apa bedanya dengan Amerika menjadi kompor bagi negara negara lain untuk menolak Huawei?
Sedikit banyak tentu hal ini menambah tensi antara Amerika dan China. Dan ternyata China tidak tinggal diam. Sebagai pembeli kedelai terbesar di dunia dari Amerika, China telah menunda untuk membeli pasokan tersebut setelah sebelumnya perang dagang tidak memiliki penyelesaian.
Namun, sejauh ini China hanya menunda, belum membatalkan pembelian dari Amerika. Alhasil dalam kontrak perdagangan komoditas di Chicago, harga kedelai turun ke level terendah dalam 10 tahun terakhir.
China telah berjanji akan melakukan pembelian sekitar 13 juta ton dari Amerika pada bulan Desember lalu, dan berjanji akan membeli 10 juta ton lagi pada bulan February.
Namun itu dulu, sebelum ada kenaikkan tarif. Pemerintah Indonesia telah menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2020.
Dalam kerangka ekonomi makro dan pokok kebijakan fiskal tersebut, pemerintah menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,3% - 5,6% untuk tahun 2020.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, tampaknya cukup berat tahun ini terhadap kerangka ekonomi tersebut, ditengah tengah perang dagang yang berkecamuk antara Amerika dan China, serta situasi dan kondisi dalam negeri yang kurang stabil.
“Kami merekomendasikan jual hari ini, dan nikmati liburannya,” tandas analis Pilarmas.

