Volume SUN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp8,83 Triliun dari 41 Seri
Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities yang dirilis Senin (13/5/2019) mengungkapkan, volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan (10/5), lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya (09/5), yaitu tercatat senilai Rp8,83 triliun dari 41 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp4,82 triliun.
Adapun Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senila Rp1,73 triliun dari 80 kali transaksi di harga rata - rata 102,53% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0079 senilai Rp1,32 triliun dari 175 kali transaksi di harga rata - rata 99,57%.
Sedangkan volume terbesar dari perdagangan Surat Berharga Syariah Negara didapati pada Project Based Sukuk dengan seri PBS016 sebesar Rp300,00 miliar dari 1 kali transaksi dan diikuti oleh Sukuk Ritel seri SR009 sebesar Rp98,35 miliar dari 20 kali transaksi.
Disisi lain, volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp708,65 miliar dari 39 seri surat utang korporasi yang ditransaksikan.
Adapun untuk perdagangan Obligasi I Indonesia Infrastructure Finance Tahun 2016 Seri C (IIFF01C) didapati surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar yaitu sebesar Rp189,00 miliar dari 8 kali transaksi.
Selanjutnya, volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan I PNM Tahap II Tahun 2016 Seri A (PNMP01ACN2) sebesar Rp132,00 miliar dari 8 kali perdagangan dan di ikuti oleh volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap V Tahun 2019 Seri B (FIFA03BCN5) sebesar Rp100,00 miliar untuk 6 kali transaksi.
Berikutnya, untuk surat utang korporasi dengan volume Rp35,00 miliar dari 2 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap II Tahun 2018 Seri C (ADMF04CCN2).
Sementara itu, nilai tukar Rupiah mengalami penguatan sebesar 39 pts (0,27%) di level 14327. Adapun pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika terjadi pada kisaran 14327 hingga 14370.
Adapun pergerakan Rupiah tersebut dibuka menguat dan sempat melemah pada pertengahan sesi perdagangan yang kemudian menguat kembali hingga akhir sesi perdagangan.
Pelemahan Rupiah terhadap Dollar Amerika ini terjadi ditengah menguatnya sebagian besar nilai tukar mata uang regional, dimana yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,56% yang kemudian diikuti oleh penguatan Peso Filipina (PHP) dan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) masing-masing sebesar 0,33% dan 0,27%.
Sedangkan untuk mata uang yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada pelemahan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,12% dan diikuti oleh mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,06% terhadap mata uang Dollar Amerika.
Adapun imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan kenaikan masing - masing di level 2,473% dan 2,89%.
Penurunan imbal hasil US Treasury tersebut seiiring dengan menguatnya pasar saham utama Amerika.
Adapun untuk indeks NASDAQ didapati penguatan sebesar 8 bps di level 7916,94 dan untuk indeks DJIA juga ikut naik sebesar 44 bps di level 25942,37.
Sementara itu, untuk imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) untuk tenor 10 tahun mengalami penurunan di level -0,002% sedangkan yang bertenor 30 tahun mengalami kenaikan imbal hasil di level 0,004%.
Adapun untuk surat utang Inggris (Gilt) untuk tenor 10 tahun mengalami kenaikan sehingga berada pada level 1,139%.

