ANALIS MARKET (02/4/2019) : Pasar Obligasi Masih Akan Bergerak Liar, Wait and See Direkomendasikan
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kian galau, sehingga menyebabkan bervariasinya pergerakan harga. Namun demikian, meskipun bervariasi, namun potensi up dan side masih belum melebihi 50 bps, sehingga meskipun adanya kenaikkan namun belum dapat dikatakan pasti.
Menurut analis Pilarmas, pasar obligasi masih akan bergerak liar, hingga sampai ada sentiment yang akan mendorong pergerakan pasar obligasi, meskipun secara teknikal analisa, pasar obligasi masih dalam potensi turun.
Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (02/4/2019) pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariasi, dengan tingkat kecenderungan naik dan turun sebesar 25 – 45 bps untuk menguji batas atas apabila memang mengalami kenaikkan.
Sentimen pagi ini akan datang dari Presiden Komisi Eropa, Jean Claude Juncker. Juncker meningkatkan kritiknya terhadap perdagangan China, hanya beberapa hari setelah kedatangan Presiden Xi Jinping ke Eropa untuk menenangkan kekhawatiran Eropa di Paris.
Pada pertemuan beberapa hari lalu, tepatnya 26 Maret, bersama dengan Presiden Prancis Emmanuel macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel, mereka menyampaikan bahwa China tidak bisa seperti ini terus, China memiliki akses gratis ke pasar Eropa, tetap Uni Eropa tidak bisa masuk ke pasar China.
Hal ini disampaikan di hadapan anggota parlemen di negara bagian Saarland, Jerman.
Juncker juga mengatakan bahwa investasi China di Eropa dapat mempersulit Uni Eropa untuk menyetujui kebijakan luar negeri.
Eropa menjadi lebih vocal dalam mengkritik China akhir-akhir ini. Kekhawatiran Uni Eropa terus meningkat atas pengaruh China yang terus berkembang, investasi yang aggresif dan kemungkinan peretasan jaringan data 5G.
Uni Eropa juga terpecah belah atas proyek infrastruktur jalan sutra China yang oleh beberapa pihak dianggap sebagai ancaman terhadap kedaulatan.
Juncker mengatakan bahwa Dia tidak menentang proyek tersebut selama kondisinya dianggap tepat. Jika Perusahaan Uni Eropa mengambil keuntungan dari itu, dan jika kita tidak hanya bertemu pekerja China di lokasi konstruksi, tetap juga ada pekerja Eropa, maka jalan sutera China dapat dikatakan layak. Tampaknya tidak hanya Amerika yang menginginkan perjanjian yang adil dari China, akibat hal tersebut akhirnya Uni Eropa juga mulai mencoba menekan China seperti Amerika.
Namun patut diingat, China berunding dengan Amerika karena Amerika merupakan negara nomor 1 tujuan ekspor dari China.
Beralih dari sana, lagi lagi untuk kesekian kalinya, Parlemen Inggris menemui jalan buntu untuk menyetujui rencana baru untuk Brexit. Mereka menolak semua opsi yang diajukan untuk menggantikan rencana Theresa May.
Pada hari Senin, House of Commons memberikan suara pada 4 kebijakan baru, tetapi tidak ada satupun dari kebijakan tersebut memenangkan mayoritas, yang pada akhirnya mendorong Inggris untuk keluar dari Uni Eropa dalam keadaan krisis. Lagi lagi nilai tukar pound kembali jatuh.
Dengan hanya tersisa 11 hari sampai keluarnya Inggris dari Uni eropa, selanjutnya apa? Selanjutnya May akan mengadakan pertemuan dengan kabinetnya pada hari Selasa yang kemungkinan akan berlangsung sekitar 5 jam untuk menyusun rencana selanjutnya. Hati hati potensi turun masih besar.
“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, kami merekomendasikan wait and see hari ini,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (02/4/2019).

