Kenaikan Harga SUN Diperdagangan Jumat Lalu Didorong Penguatan Rupiah

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Pada perdagangan akhir bulan kemarin, Jumat, tanggal 29 Maret 2019, perubahan harga Surat Utang Negara (SUN) bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.

Dalam riset yang dirilis Senin (01/4/2019), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan Jumat (29/3) kemarin, didorong oleh penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.

Meskipun nilai tukar Rupiah terhadap Dollar bergerak tipis pada perdagangan kemarin, efek sentimen dagang antara Amerika dan China membuat sebagian besar mata uang di regional Asia menguat, termasuk Indonesia.

China beritikad baik untuk merevisi daftar investasi negatif agar meningkatkan kepercayaan Amerika.

Hal ini direspon positif oleh Amerika yang akan menyambut kedatangan China di Washington pekan depan.

“Dengan kondisi tersebut, para pelaku pasar menjadi optimis kembali dan bergairah memasuki pasar-pasar negara berkembang yang mempunyai fundamental ekonomi domestik yang bagus seperti Indonesia,” jelas I Made.

Di sisi lain, lanjut I Made, sentimen domestik, Bank Indonesia akan menjaga kondisi kebijakan moneter yang ketat dengan terus membeli obligasi pemerintah dalam jumlah tertentu guna menstabilkan pergerakan nilai tukar Rupiah.

“Dari adanya beberapa sentimen diatas, kami melihat bahwa pelaku pasar cenderung menahan diri (wait and see) untuk melakukan transaksi di pasar sekunder dimana kenaikan harga pada perdagangan kemarin tidak diikuti oleh volume perdagangan yang besar, volume perdagangan cenderung turun dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya,” terang I Made. 

Lebih rinci diungkapkan, kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan akhir bulan mencapai 58 bps yang mendorong turunnya tingkat imbal hasil Obligasi Negara hingga sebesar 7,8 bps.

Adapun untuk Obligasi Negara seri acuan semua serinya mengalami kenaikan harga hingga sebesar 24 bps yang mengakibatkan turunnya tingkat imbal hasil Obligasi Negara hingga sebesar 3,3 bps.

Adapun kenaikan harga terbesar didapati pada Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 24 bps yang mendorong turunnya imbal hasil obligasi sebesar 3,3 bps di level 7,605% dan dilanjutkan pada Surat Utang Negara bertenor 20 tahun yang ditutup dengan mengalami kenaikan harga sebesar 21 bps mengakibatkan turunya tingkat imbal hasil sebesar  2,1 bps di level 8,130%.

Sementara itu, untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 5 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 13 bps dan 5 bps menyebabkan  terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 1,5 bps di level 8,069% dan 1,2 bps di level 7,104%.

Sementara itu, dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, tingkat imbal hasil masih terlihat mengalami penurunan pada sebagian besar serinya. Hal ini terjadi ditengah kenaikan imbal hasil surat utang global.

Adapun seri INDO29 mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 0,3 bps sehingga berada di level 3,866% yang didorong oleh naiknya harga sebesar 2,5 bps yang diikuti oleh seri INDO44 dan INDO49 yang didapati mengalami penurunan imbal hasil masing-masing sebesar 0,2 bps di level 4,784% dan 0,7 bps di level 4,660% yang berdampak setelah naiknya harga sebesar 3,4 bps dan 12 bps.

Sedangkan untuk seri INDO24 mengalami penurunan harga sebesar 2,4 bps yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 0,5 bps di level 3,488%.