ANALIS MARKET (22/3/2019) : Pasar Obligasi Diproyeksi Bergerak Bervariasi, 'Sell On Strength' Direkomendasikan

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, penguatan obligasi begitu luar biasa tatkala Bank Indonesia usai mengumumkan bahwa tingkat suku bunga tidak berubah.

Hal ini membuat pasar obligasi menjadi kontraksi untuk menguat ke batas maksimalnya.

Penguatan ini jugalah yang membuat obligasi mungkin saja akan berbalik arah menjadi penurunan, karena tidak ada penguatan lebih lanjut tanpa adanya penurunan terlebih dahulu.

Yang kedua, tentu hal ini merupakan moment yang tepat untuk menjual di harga tertinggi, sebelum pada akhirnya kembali mengambil posisi di level rendah.

Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, diperdagangan Jumat (22/3/2019) pagi ini, pasar obligasi akan bergerak bervariasi.

Naik atau turunnya harga obligasi akan bergantung kepada dominasi pasar, namun secara teknikal analisa, penguatan dapat dikatakan sudah mencapai puncaknya.

Sentimen tentu datang dari Bank Indonesia yang mengumumkan kemarin bahwa mereka tidak akan mengubah tingkat suku bunganya, namun akan focus terhadap langkah – langkah makroprudensial untuk memacu permintaan dan pertumbuhan domestik.

Gubernur Bank Indonesia menyampaikan, keputusan Bank Indonesia ini konsisten dengan upaya untuk memperkuat stabilitas eksternal, terutama untuk mengendalikan deficit transaksi berjalan dan menjaga daya tarik asset keuangan domestic.

Bank Indonesia juga berupaya untuk menjaga nilai tukar yang masih terlihat volatile dan fragile agar lebih stabil. Langkah langkah makro prudensial itu antara lain adalah;

  1. Bank Indonesia tetap melakukan operasi moneter untuk mendukung likuiditas perbankan melalui transaksi term repo secara regular, disamping swap valas.
  2. BI akan memperkuat kebijakan makroprudensial yang akomodatif dengan menaikkan kisaran batasan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) dari sekarang 80-82 persen menjadi 84-90 persen. Kebijakan ini dilakukan untuk mendukung pembiayaan perbankan bagi dunia usaha.
  3. BI akan melakukan akselerasi pendalaman pasar melalui langkah-langkah, dengan memperkuat market conduct dalam sertifikasi treasury, instrumen lindung nilai penerbitan ketentuan derivatif suku bunga rupiah, Interest Rate Swap (IRS), Overnight Index Swap (OIS).
  4. BI memperkuat kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung kegiatan ekonomi dan keuangan inklusif melalui penguatan elektronifikasi bantuan sosial, moda transportasi dan transaksi keuangan pemerintah daerah.

Sebagai tambahan, Bank Indonesia juga akan mempersiapkan standarisasi QR Code payment dengan model merchant percentage mode (MPM) ke dalam QRS atau QR Indonesia standar utk memperluas interkoneksi untuk memperluas ekosistem keuangan digital.

Beberapa hal yang akan dilakukan adalah; mendorong ekspor, kegiatan pariwisata, dan aliran modal asing.

Tentu diharapkan kebijakan makro prudensial ini dapat berjalan dengan efektif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, dan ketika apabila dalam beberapa bulan kedepan, kebijakan moneter global mendukung, bukan tidak mungkin Bank Indonesia akan memangkas tingkat suku bunganya.

Harapan kami sebesar 25 bps. Nilai itu merupakan sesuatu yang lebih dari cukup untuk memicu stimulus perekonomian Indonesia.

“Kami merekomendasikan cermati market hari ini dan sell on strength apabila dirasa cukup,” tandas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (22/3/2019).