Volume SBN Diperdagangan Rabu Kemarin Senilai Rp11,33 Triliun dari 30 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (12/9), tercatat senilai Rp11,33 triliun dari 30 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp6,57 triliun.

Dalam laporannya yang diterima Pasardana.id, Kamis (13/9/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,29 triliun dari 84 kali transaksi di harga rata - rata 89,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0064 senilai Rp1,50 triliun dari 81 kali transaksi di harga rata - rata 83,78%.

Sedangkan dari perdagangan Sukuk Negara, Sukuk Ritel seri SR009 memimpin volume perdagangan, senilai Rp85,62 miliar dari 12 kali transaksi di harga rata - rata 99,15% dan diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS013 senilai Rp70 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 99,23%.

Adapun volume perdagangan dari obligasi korporasi yang dilaporkan senilai Rp856,1 miliar dari 41 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap III Tahun 2018 Seri B (FIFA03BCN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp160 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 97,88% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap I Tahun 2017 Seri A (BNII02ACN1) senilai Rp80 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 98,54%.

Sementara itu, nilai tukar rupiah ditutup di level 14832,50 per Dollar Amerika, ditutup menguat sebesar 24,50 pts (0,16%).

Dibuka menguat pada level 14847,8 per Dollar Amerika, nilai tukar rupiah bergerak bervariasi dengan perubahan pada kisaran 14832,50 hingga 14880,00 per Dollar Amerika dan cenderung menguat menjelang akhir sesi perdagangan. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut, terjadi di tengah pergerakan mata uang regional yang cenderung bervariasi.

Mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika, sebesar 0,82% yang diikuti oleh mata uang Rupiah dan Yen Jepang (JPY) sebesar 0,13%.

Adapun mata uang Peso Philippina (PHP) dan Won Korea Selatan (KRW) terlihat mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika, masing - masing sebesar 0,35% dan 0,27%.

Dari perdagangan surat utang global, jelas I Made, pada perdagangan kemarin (12/9), perubahan imbal hasilnya cenderung mengalami penurunan yang dipimpin oleh penurunan dari imbal hasil US Treasury.

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 2,968% dan tenor 30 tahun ditutup turun pada lvel 3,11% sebagai respon atas data ekonomi Amerika yang tidak sesuai dengan ekspektasi.

Imbal hasil dari surat utang Jerman dan Inggris dengan tenro 10 tahun juga terlihat mengalami penurunan masing - masing di level 0,407% dan 1,485%. Adapun imbal hasil surat utang Thailand sebagaimana surat utang Indonesia, terlihat mengalami kenaikan, di level 2,831%.