Redanya Tekanan Terhadap Rupiah Dorong Penurunan Imbal Hasil SUN Diperdagangan Selasa Kemarin

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan di hari Selasa, 27 Maret 2018 kemarin, cenderung mengalami penurunan didukung oleh meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah di tengah pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara.

Analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, penurunan imbal hasil SUN pada perdagangan kemarin (27/3), salah satunya didorong oleh meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah, dimana pada awal perdagangan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sempat berada di bawah level 13700 per dollar Amerika yaitu pada level 13692 per dollar Amerika.

Selain itu, penurunan imbal hasil pada perdagangan kemarin juga didukung oleh tren kenaikan harga SUN yang terjadi dalam beberapa hari terakhir seiring dengan akumulasi pembelian oleh investor asing.

“Namun demikian, penurunan imbal hasil pada perdagangan kemarin masih dibatasi oleh kembali melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika jelang berakhirnya sesi perdagangan,” terang I Made kepada Pasardana.id, di Jakarta, Rabu (28/3/2018).

Lebih rinci diungkapkan, perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 6 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1,7 bps dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara bertenor pendek.

Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami penurunan berkisar antara 1 - 6 bps dengan didorong oleh kenaikan harga berkisar antara 5 - 15 bps.

Sedangkan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 3 - 5 bps dengan adanya perubahan harga berkisar antara 10 - 20 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang cenderung mengalami penurunan berkisar antara 1 - 4 bps dengan didorong oleh perubahan harga sebesar 5 - 40 bps.

Sementara itu, dari hasil pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara, pemerintah berhasil meraup dana senilai Rp20,7 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp35,57 triliun. Jumlah penawaran yang masuk tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan penawaran lelang sebelumnya yang mencapai Rp46,47 triliun dengan jumlah yang dimenagkan senilai Rp23,45 triliun.

Meskipun jumlah penawaran yang masuk pada lelang kemarin mengalami penurunan, tingkat imbal hasil yang diminta oleh investor cukup kompetitif dimana tingkat imbal hasil yang diminta tidak berbeda jauh dengan yang ditawarkan di pasar sekunder.

“Hal tersebut mencerminkan bahwa pelaku pasar melihat bahwa tingkat imbal hasil saat ini cukup menarik untuk kembali diakumulasi,” ujar I Made.

Secara keseluruhan, lanjut dia, imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan sebesar 5 bps untuk tenor 5 tahun di level 5,94%, penurunan sebesar 4 bps untuk tenor 15 tahun di level 6,96% dan sebesar 2 bps untuk tenor 10 tahun di level 6,79%. Adapun untuk tenor 20 tahun penurunan imbal hasil yang terjadi relatif terbatas yaitu kurang dari 1 bps dilevel 7,40%.

Adapun dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, perubahan imbal hasilnya juga terlihat mengalami penurunan berkisar antara 1 - 4 bps dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar didapati pada tenor panjang.

Imbal hasil dari INDO23 mengalami penurunan sebesar 2 bps yang didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 7 bps. Adapun untuk INDO28, imbal hasilnya mengalami penurunan sebesar 4 bps dengan didorong oleh kenaikan harga hingga sebesar 30 bps.

Sementara itu, imbal hasil dari INDO43 dan INDO48 masing - masing mengalami penurunan sebesar 1 bps dan 2 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga masing - masing sebesar 18 bps dan 35 bps.

Penurunan imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika pada perdagangan kemarin turut didukung oleh penurunan imbal hasil dari US Treasury.