Investor Hindari SUN Tenor Panjang
Pasardana.id - Dalam kondisi rupiah tertekan dollar Amerika Serikat (AS) akibat sentimen kenaikan bunga acuan Fed atau Fed Fund Rate (FFR), maka investor akan menghindari surat utang negara (SUN) jangka panjang. Risiko memegang obligasi pemerintah dengan tenor panjang lebih tinggi daripada tenor pendek.
"Tentu obligasi dengan durasi paling jauh, misalnya seri FR0072 tenor 20 tahun dan FR0073 tenor 15 tahun. Mengapa di katakan demikian? Karena obligasi ini mempunyai tingkat resiko tinggi di bandingkan obligasi berdurasi pendek,"papar Kepala Pendapatan Tetap PT Indomitra Securities, Maximilianus Nicodemus, kepada Pasardana.id, Senin (6/6/2016).
Dijelaskan, risiko datang dari durasi karena obligasi jangka panjang otomatis memiliki tingkat risiko gagal bayar (default) yang besar. Bila obligasi tingkat risikonya naik, tentu imbal hasil akan naik.
Namun, untuk investor yang bermain dengan view jangka panjang, mengoleksi SUN jangka panjang merupakan keuntungan. Mengingat, situasi dan kondisi saat ini di tengah potensi kenaikkan The Fed, negatifnya S&P, defisitnya APBN, dan tentu saja ketika harga obligasi tengah turun.
"Kesempatan kita mengoleksi obligasi jangka panjang karena sifatnya jangka panjang otomatis risikonya akan tinggi maka imbal hasil akan besar, dan volatilitasnya tinggi," imbuhnya.
Meskipun demikian, obligasi jangka panjang ini dikoleksi dengan menahan (hold) sampai situasi reda. Mengenai porsinya, Nico menyebut kemungkinan 30%. Pelengkapnya ada di obligasi jangka pendek.
"Karena situasi dan kondisi tengah tidak menguntungkan saat ini, untuk meredam gejolak dan volatilitas harga, tentu obligasi jangka pendek layak dikoleksi. Namun demikian, setiap penurunan dan kenaikkan pasti ada kesempatan. Hanya tinggal bagaimana kita dapat melihat perubahan situasi dan kondisi lebih awal," pungkasnya.

