ANALIS MARKET : Mampukah Saham Ramayana Tembus Rp1.510 ?

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Selama periode 30 Desember 2016 - 8 November 2017, harga saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan sebesar Rp240 (20,08%), dari Rp1.195 menjadi Rp955 per saham.

Adapun pada perdagangan Kamis (9/11/2017) hingga pukul 13.44 WIB, harga saham RALS naik 2,09% menjadi Rp975, dari harga penutupan Rabu (8/11/2017) sebesar Rp955 per unit.

Lalu bagaimana pergerakan harga saham RALS hingga akhir tahun 2017 Mampukah saham emiten yang 55,88% sahamnya dimiliki oleh PT Ramayana Makmursentosa itu menembus rekor harga tertinggi harian pada tanggal 6 Februari 2017 di level Rp1.510 per lembar saham.

Menyikapi kondisi tersebut, tim Analis Reliance Sekuritas Indonesia awal pekan ini merekomendasikan “beli" dengan potensi menguat sekitar 58,11% dibandingkan dengan harga penutupan pada perdagangan, Rabu (8/11/2017) sebesar Rp955 per saham," sebut tim Analis Reliance Sekuritas Indonesia dalam siaran pers yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Kamis (09/11/2017).

Dijelaskan, rekomendasi ini didasarkan antara lain pada kinerja RALS per September lalu. Laba RALS tercatat Rp367,80 miliar per September 2017, naik 1,7%, dari Rp361,65 miliar.

Ini seiring penurunan beban penjualan RALS sekitar 4,7% menjadi Rp298,53 miliar. Peningkatan laba ini terjadi di tengah penurunan total pendapatan RALS sebesar 3%, yaitu dari Rp4,56 triliun menjadi Rp4,42 triliun per September 2017.

Adapun pendapatan RALS per September 2017 berasal dari penjualan barang beli putus sebesar Rp3,759 triliun, turun 4,88% dari Rp3,952 triliun per September 2016. Sedangkan pendapatan RALS dari komisi penjualan konsinyasi naik 8,5%, dari Rp607,74 miliar menjadi Rp659,16 miliar.

Lebih lanjut, tim Analis Reliance Sekuritas Indonesia juga mengungkapkan bahwa pergerakan harga saham dan kinerja RALS ke depan tidak lepas dari faktor eksternal.

Beberapa sentimen negatif yang dapat meningkatkan risiko investasi di sektor ritel, antara lain perubahan pola konsumsi rumah tangga. Pola konsumsi diyakini sebagai dampak dari naiknya pengeluaran, seperti listrik, pendidikan, hiburan dan liburan yang kurang sebanding dengan peningkatan pendapatan.

Selain itu, bertambahnya pesaing yang menggunakan jalur distribusi online. Namun apabila perubahan pola konsumsi ternyata bersifat musiman, serta persaingan distribusi online dapat dimenangkan, maka beberapa emiten yang dianggap sebagai pemimpin pasar di dalam segmennya masing-masing seperti RALS dan Matahari Department Store Tbk (LPPF) masih menarik untuk dicermati.