Berlanjutnya Penguatan Rupiah Dorong Kenaikan Harga SUN Diperdagangan Rabu Kemarin

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Harga Surat Utang Negara diperdagangan Rabu (07/11) kemarin, kembali mengalami kenaikan di tengah berlanjutnya penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta masuknya aliran modal asing di Surat Berharga Negara.

Dalam laporan riset yang dirilis Kamis (08/11/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, perubahan harga yang terjadi mencapai 100 bps dimana perubahan harga yang cukup besar didapati pada tenor 5 tahun hingga 15 tahun yang berdampak terhadap perubahan tingkat imbal hasilnya hingga mencapai 21 bps.

Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan hingga sebesar 50 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang berkisar antara 3 bps hingga 21 bps.

Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 40 bps yang berdampak terhadap penurunan tingkat imbal hasil yang berkisar antara 3 bps hingga 11 bps.

Sedangkan untuk tenor panjang, perubahan harga yang terjadi cenderung mengalami kenaikan berkisar antara 10 bps hingga 100 bps yang mendorong terjadinya hingga mencapai 13 bps meskipun beberapa seri Surat Utang Negara juga terlihat mengalami penurunan harga.

Untuk seri acuan, jelas I Made, keseluruhan seri mengalami kenaikan harga, dengan kenaikan harga yang cukup besar didapati pada tenor di atas 10 tahun.

Harga seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 40 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 11 bps di level 7,853%.

Sedangkan pada seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun mengalami kenaikan harga masing - masing sebesar 50 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 9 bps untuk tenor 10 tahun di level 8,058% dan tenor 15 tahun sebesar 7 bps di level 8,385%.

Adapun untuk tenor 20 tahun, kenaikan harga sebesar 65 bps mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 8 bps.

Dengan adanya kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin (07/11), maka telah mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil rata - rata sebesar 9 bps dengan tingkat imbal hasil rata - rata sebesar 8,15%.

Lebih lanjut I Made menjelaskan, kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin (07/11), kembali didukung oleh menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika di tengah nilai tukar Dollar Amerika yang mengalami pelemahan terhadap mata uang utama dunia jelang disampaikannya hasil pemilu tengah waktu (midterm election) di Amerika Serikat.

Kenaikan harga juga juga didukung oleh kembali masuknya investor asing untuk melakukan akumulasi pembelian Surat Berharga Negara dimana per tanggal 6 November 2018, investor asing mencatatkan pembelian bersih Surat Berharga Negara senilai Rp5,09 triliun di bulan November 2018 dan di sepanjang tahun 2018 tercatat akumulasi pembelian bersih senilai Rp33,26 triliun.

Ditambahkan, katalis positif yang mendukung kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin adalah adanya kenaikan angka cadangan devisa.

Bank Indonesia menyampaikan bahwa pada bulan Oktober 2018 angka cadangan devisa mengalami peningkatan sebesar US$316 juta di posisi US$115,16 miliar.

Peningkatan cadangan devisa pada Oktober 2018 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas dan penarikan utang luar negeri (ULN) pemerintah yang lebih besar dari kebutuhan devisa untuk pembayaran ULN pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

“Hanya saja beberapa seri Surat Utang Negara mengalami penurunan harga dibandingkan dengan harga penutupan sebelumnya yang didorong oleh aksi ambil untung (profit taking) oleh investor setelah harga Surat Utang negara mengalami kenaikan harga yang cukup besar dalam beberapa hari perdagangan terakhir,” jelas I Made.

Sementara itu, di saat harga Surat Utang Negara dengan mata uang Rupiah mengalami kenaikan, harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin justru bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan seiring dengan kenaikan imbal hasil dari US Treasury.

Harga dari INDO23 dan INDO28 mengalami penurunan terbatas, kurang dari 5 bps sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 1 bps masing - masing di level 4,342% dan 4,775%.

Adapun penurunan harga yang lebih besar didapati pada INDO43, yaitu sebesar 25 bps yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 2 bps di level 5,441%.