Volume SBN Diperdagangan Senin Kemarin Senilai Rp8,68 Triliun dari 33 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan kemarin (08/10), mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan di akhir pekan (05/10), yaitu senilai Rp8,68 triliun dari 33 seri Surat Berharga Negara dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,37 triliun.

Dalam laporan riset harian yang dirilis Selasa 909/10/20180, analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara  seri FR0069 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,89 triliun dari 45 kali transaksi di harga rata - rata 100,48% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp1,21 triliun dari 17 kali transaksi di harga rata - rata 90,17%.

Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp300,0 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 97,70% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR009 senilai Rp123,70 miliar dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 99,05%.

Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (08/10), tercatat senilai Rp1,18 triliun dari 46 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan II PTPP Tahap I Tahun 2018 Seri A (PTPP02ACN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp271,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,11% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap IV Tahun 2018 Seri A (FIFA03ACN4) senilai Rp210,0 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 99,99%.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika kembali ditutup dengan mengalami pelemahan, sebesar 34,50 pts (0,23%) di level 15217,50 per Dollar Amerika.

Bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 15188,00 hingga 15255,00 per Dollar Amerika, seiring dengan pergerakan mata uang regional yang terlihat mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika. Mata uang Yuan China (CNY) memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,78% setelah Bank Sentral China (PBOC) secara mengejutkan memutuskan untuk menurunkan reserve requirement ratio (RRR) sebagai bentuk antisipasi terhadap berlanjutnya perang dagang dengan Amerika Serikat yang akan mempengaruhi ekonomi China.

Pelemahan mata uang China tersebut diikuti oleh mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,36% dan Baht Thailand (THB) sebesar 0,35%.

Adapun imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin (08/10), bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi di tengah liburnya pasar surat utang Amerika Serikat.

Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan surat utang Inggris (Gilt) ditutup dengan mengalami penurunan masing - masing di level 0,534% dan 1,682%. Imbal hasil surat utang India dan Jepang pada perdagangan kemarin juga terlihat mengalami penurunan, di level 7,988% dan 0,147%.

Adapun imbal hasil surat utang Singapura dan Thailand terlihat mengalami kenaikan di level 2,627% dan 2,871% sebagaimana yang dialami oleh Surat Utang Negara.