Imbal Hasil SUN Diperdagangan Jumat Lalu Bervariasi
Pasardana.id - Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan hari Jum'at, 5 Oktober 2018 lalu, bergerak bervariasi jelang disampaikannya data cadangan devisa oleh Bank Indonesia.
Dalam laporan risetnya yang dirilis Senin (08/10/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 hingga 10 bps dimana arah pergerakan imbal hasil yang cukup bervariasi di keseluruhan tenor Surat Utang negara.
Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek terlihat mengalami perubahan berkisar antara 2 hingga 10 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 10 bps. Sementara itu imbal hasil dari tenor menengah terlihat mengalami perubahan yang relatif terbatas hingga sebesar 2 bps dengan adanya perubahan harga yang berkisar antara 5 - 10 bps.
Adapun untuk Surat Utang Negara bertenor panjang mengalami perubahan yang berkisar antara 2 - 9 bps dengan adanya perubahan harga hingga sebesar 65 bps.
“Cukup bervariasinya arah perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di akhir pekan kemarin (05/10) turut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kenaikan imbal hasil US Treasury yang juga berdampak terhadap kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara. Hanya saja, relatif terjanganya pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mampu menahan terjadinya berlanjutnya kenaikan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara, bahkan untuk beberapa seri terlihat mengalami penurunan,” terang I Made.
Ditambahkan, Investor memanfaatkan momentum terjaganya nilai tukar Rupiah tersebut untuk melakukan pembelian Surat Utang Negara, terlebih dengan adanya koreksi harga yang cukup besar pada perdagangan di hari Kamis, menjadikan beberapa seri Surat Utang Negara cukup menarik untuk diakumulasi.
Hanya saja, lanjut I Made, perdagangan di akhir pekan kemarin tidak didukung oleh volume transaksi yang besar, dimana investor masih menantikan data cadangan devisa bulan September 2018.
Pasalnya, hingga berakhirnya sesi perdagangan, data cadangan devisa masih belum disampaikan oleh Bank Indonesia.
Secara keseluruhan, imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan sebesar 2 bps untuk tenor 5 tahun di level 8,15% dan penurunan sebesar 6 bps untuk tenor 10 tahun di level 8,317%. Sedangkan tingkat imbal hasil untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun terlihat mengalami kenaikan sebesar 9 bps di level 8,471% dan untuk tenor 20 tahun tingkat imbal hasilnya mengalami penurunan sebesar 3 bps di level 8,788%.
Sementara itu, dalam sepekan terakhir, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan, dengan rata - rata mengalami berkisar antara 6 - 30 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 16 bps.
Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara dalam sepekan terakhir dipengaruhi oleh faktor kembali melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dimana dalam sepekan mengalami depresiasi sebesar 1,84%.
Adapun dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan bergerak dengan mengalami kenaikan yang terjadi pada hampir keseluruhan seri seiring dengan kenaikan imbal hasil US Treasury.
Kenaikan imbal hasil yang terjadi berkisar antara 1 - 8 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar banyak didapati pada tenor hingga 10 tahun.
Imbal hasil dari INDO23 mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 4,148% setelah mengalami penurunan harga sebesar 17 bps.
Adapun imbal hasil dari INDO28 terlihat mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 4,599% dan untuk imbal hasil dari INDO43 mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 5,244%. Kenaikan imbal hasil terbesar didapati pada INDO19 yang mengalami kenaikan sebesar 8 bps di level 2,894%.

